Rabu, 23 November 2016

Puisi Kamus Kecil Karya Joko Pinurbo

Saya dibesarkan oleh bahasa Indonesia yang pintar dan lucu, walau kadang rumit dan membingungkan.
Ia mengajari saya cara mengarang ilmu sehingga saya tahu bahwa sumber segala kasih adalah kisah;
Bahwa ingin berawal dari angan;
Bahwa Ibu tak pernah kehilangan iba;
Bahwa segala yang baik akan berbiak;
Bahwa orang ramah tidak mudah marah;
Bahwa seorang bintang harus tahan banting;
Bahwa terlampau paham bisa berakibat hampa;
Bahwa orang lebih takut hantu ketimbang kepada Tuhan;
Bahwa pemurung tidak pernah merasa gembira, sedangkan pemulung tidak pernah merasa gembala;
Bahwa manusia belajar cinta dari monyet;
Bahwa orang putus asa sering memanggil asu;

Bahasa Indonesiaku yang gundah membawaku ke sebuah paragraf yang tersusun di atas tubuhmu.
Malam merangkai kita menjadi kalimat majemuk bertingkat yang panjang di mana kau induk kalimat dan aku anak kalimat.
Ketika induk kalimat bilang pulang, anak kalimat paham bahwa pulang adalah masuk ke dalam palung.
Ruang penuh raung, segala kenang tertidur di dalam kening.
Ketika akhirnya matamu mati, kita sudah menjadi kalimat tunggal yang ingin tetap tinggal dan berharap tak ada yang bakal tanggal.

*Dimuat dalam media Kompas Minggu tanggal 16 November 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini