Minggu, 31 Juli 2022

Laporan Bacaan Buku Sembilan Elemen Jurnalisme karya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel

A.  PENDAHULUAN

 

Judul                                       : The Elements of Jurnalism (Sembilan Elemen Jurnalisme)

Penulis                                     : Bill Kovach dan Tom Rosenstiel

Penerjemah                              : Yusi A. Pareanom

Penerjemah                              :  Yusi A. Pareanom

Penerbit  Buku Asli                 :  Crown Publish

Penerbit Buku Terjemah         :  Yayasan Pantau

Tahun Terbit Buku Asli          :  2001

Tahun Terbit Buku Terjemahan :  2006

Tebal buku                              :  xiv+293 halaman

 

Buku Sembilan Elemen Jurnalisme berisi tentang hal-hal yang harus dimiliki seorang jurnalisme, wartawan dan menjelaskan perkembangan jurnalisme.  Buku ini terdiri dari sepuluh pokok bahasan. Pokok bahasan pertama mengenai  untuk apa jurnalisme?  yang menjelaskan tujuan utama jurnalisme, pokok bahasan ini terdiri dari subbab yaitu naluri kesadaran, lahirnya jurnalisme, pers bebas di era elektronik, teori demokrasi wartawan, teori keterkaitan publik, dan tantangan baru. Pokok bahasan kedua mengenai kebenaran: prinsip pertama dan paling membingungkan yang membahas mengenai kewajiban pertama jurnalisme. Pokok bahasan ketiga mengenai  untuk siapa wartawan bekerja yang membahas mengenai loyalitas pertama jurnalisme, pokok bahasan ini terdiri dari subbab yaitu dari independen ke isolasi, serangan balik terhadap ketidakterlibatan, warga bukanlah pelanggan, dan pagar api. Pokok bahasan ke4 mengenai  jurnalisme verifikasi yang menjelaskan initi sari jurnalisme yang terdiri dari subbab yaitu hilangnya makna objektivitas, jurnalisme omongan versus jurnalisme verifikasi, teknik verifikasi, dan akar-akar kebenaran. Pokok bahasan kelima yaitu  independensi dari faksi yang membahas mengenai independen wartawan yang terdiri dari subbab yaitu independen pikiran, evolusi independensi, independensi dalam praktik, independensi dari kelas atau status ekonomi, dan independensi dari ras, etnis, agama dan gender. Pokok bahasan keenam mengenai memantau kekuasaan dan menyambung lidah yang tertindas yang memahami mengenai tindakan seorang wartawan yang terdiri dari subbab yaitu reportase investigatif orisinil, reportase investigaitf interpretatif, reportase mengenai investigasi, peran anjing penjaga melemah, dan reportase investigatif sebagai penuntutan. Pokok bahasan ketujuh yaitu  yang membahas mengenai hal yang harus dihadirkan  jurnalisme untuk kritik dan komentar publik Pokok bahasan kedelapan yaitu, menarik dan relevan yang membahas mengenai hal yang harus dibuat seorang wartawan yang terdiri dari beberapa subbab yaitu godaan infotaiment dan beberapa pendekatan inovatif. Pokok bahasan kesembilan yaitu jadikan berita komprehensif  dan proposional. Pokok bahasan terakhir adalah wartawan mempunyai tanggung  jawab pada nurani yang membahas mengenai kewajiban wartawan terhadap nurani yang terdiri dari subbab yaitu keberagaman intelektual adalah tujuan sesungguhnya, tekanan terhadap nurani individu, nurani dan keberagaman di ruang redaksi, dan  peran warga masyarakat.

B. PEMBAHASAN

1.        UNTUK APA JURNALISME?

Pada bagian ini penulis buku menyebutkan bahwa secara umum jurnalisme hadir untuk membangun masyarakaT, jurnalisme ada untuk memenuhi hak-hak warga Negara dan Jurnalisme ada untuk demokrasi. Penulis buku menjelaskan bahwa jutaan orang yang terbedayakan arus informasi bebas menjadi terlihat langsung dalam menciptakan pemerintahan dan peraturan baru untuk kehidupan politik, sosial, dan ekonomi negara mereka.

Penulis buku menjelaskan bahwa di Amerika Serikat jurnalsime telah direduksi menjadi tautologi atau pengulangan yang sederhana: jurnalisme adalah apapun yang dikatakan wartawan tentang jurnalisme. Berbeda dengan Polandia, menurut rakyat Polandia tujuan jurnalisme tidaklah ditentukan oleh teknologi, atau oleh wartawan maupun teknik yang dipakai. Penulis buku menjelaskan prinsip jurnalisme ditentukan oleh sesuatu yang mendasar fungsi yang dimainkan berita dalam kehidupan masyarakat.

Tujuan utama jurnalisme adalah menyediakan informasi yang dibutuhkan warga agar mereka bisa hidup bebas dan mengatur diri sendiri.

Pada bagian ini penulis buku menyampaikan setelah mendengar pendapat warga dan wartawan bahwa kewajiban terhadap warga ini meliputi beberapa elemen. Media membantu kita mendefinisikan komunitas kita, menciptakan bahasa yang dipakai bersama, dan pengetahuan yang dipahami bersama. Pengetahuan yang berakar pada realitas. Penulis buku juga menyebutkan bahwa di sisi lain, beberapa orang berpendapat bukan hanya tujuan jurnalisme yang seharusnya tidak berubah, tetapi bentuknya seharusnya juga tetap. Penulis mengemukakan pendapat tujuan jurnalisme menurut Jack Fuller penulis, novelis, pengacara dan presiden Tribune Publishing Company yang menerbitkan harian Chicago Tribunes yaitu menyampaikan kebenaran sehingga orang-orang akan mempunyai informasi yang mereka butuhkan untuk berdaulat.

NALURI KESADARAN

Pada bagina awal materi ini penulis buku menjelaskan bahwa manusia membutuhkan berita karena naluri dasar, yang disebut sebagai naluri kesadaran. Berita adalah bagian dari komunikasi yang membuat kita terus memperoleh informasi tentang pergantian peristiwa, isu, dan tokoh di dunia luar. Penulis buku mengemukakan pendapat para sejarawan bahwa akhirnya para penguasa pun menggunakan berita untuk menjaga kebersamaan dan tujuan bersama. Berita bahkan membantu penguasa tiran mengontrol rakyat mereka dengan mengikat mereka terhadap ancaman bersama.

LAHIRNYA JURNALISME

Penulis buku menjelaskan jurnalisme modern mulai muncul pada awal abad ke-17 dan betul-betul lahir dari perbincangan, terutama di tempat publik seperti kafe di Inggris, kemudian di publik, atau “kedai minum” di Amerika. Penulis buku menjelaskan perkembangan jurnalisme pada tahun 1720 dengan memberikan pendapat dua orang dari sebuah surat kabar London dengan nama samaran Cato yang sangat berpengaruh besar di tanah koloni Amerika, konsep Cato tersebut akhirnya mengakar dalam pemikiran para pendiri Amerika Serikat, dan terus bergulir hingga menjiwai Deklarasi Hak-Hak Dasar Virginia yang sebagian ditulis oleh James Madison, Konstitusi Massachusetts yang ditulis oleh John Adams, dan sebagian besar pernyataan baru tentang hak-hak dasar di tanah koloni.

Penulis buku menjelaskan perkembangan jurnalisme selang 200 tahun pengertian pers sebagai benteng kebebasan menyatu dalam doktrin hukum Amerika yang dikeluarkan Mahkamah Agung yang mendukung hak New York Times untuk menerbitkan dokumen rahasia pemerintah yang disebut Pentagon Papers pada 1971. Pers ada untuk melayani merek yang diperintah, bukan mereka yang memerintah.

PERS BEBAS DI ERA ELEKTRONIK          

Pada bagian ini, penulis buku menjelaskan relevansi yang dimiliki pada abad ke-12. Informasi begitu bebas, pengertian jurnalisme sebagai entitas yang homogen bisa jadi malah ganjil. Pengertian pers sebagai penjaga gerbang informasi memutuskan informasi apa yang seharusnya diketahui atau tidak diketahui oleh publik tak lagi dengan tegas mendefinisikan peranan jurnalisme. Penulis buku menjelaskan bahwa menurut beberapa orang, munculnya internet dan datangnya jalur komunikasi kabel yang lebih maju, tidak berarti bahwa konsep penerapan berita yang tak lain adalah upaya untuk memutuskan apa yang diperlukan publik untuk mengatur diri mereka sendiri sudah usang. Penulis buku menjelaskan bahwa tugas pertama wartawan era baru adalah memverifikasi apakah informasinya bisa dipercaya, lantas meruntutkannya sehingga warga bisa memahaminya secaa efisien.

TEORI DEMOKRASI WARTAWAN

Pada bagian ini penulis menjelaskan argumen yang berkobar singkat pada 1920-an dalam sebuah debat pemikiran antara wartawan Walter Lippmann dan filsuf John Dewey. Situasi yang berkembang pada saat itu adalah pesimisme demokrasi, pemerintahan demokratis di Jerman dan Italia telah ambruk. Lippmann yang merupakan salah satu wartawan terkenal di Amerika Serikat, berpendapat dalam buku Public Opinion, bahwa demokrasi pada dasarnya cacat. Ia berkata orang kebanyakan tahu dunia secara tidak langsung melalui gambaran yang mereka buat di kepala mereka. Public Opinion sukses besar dan menurut banyak orang telah melahirkan studi komunikasi modern.

TEORI KETERKAITAN PUBLIK

Pada bagian ini penulis buku menjelaskan hal yang tersirat dalam teori Burgin adalah tiap orang punya minat dan bahkan jadi pakar terhadap suatu hal. Penulis buku memisalkan tiga jenjang keterkaitan publik dalam setiap persoalan, masing-masing dengan gradasi yang kian berkurang kepekatannya. Ada publik yang terlibat, dengan taruhan pribadi dalam sebuah persoalan dan punya pemahaman yang kuat. Ada Publik yang berminat, yang tak punya persoalan langsung dalam peranan itu tapi terpengaruh olehnya dan menanggapi dengan pengalaman tangan pertama. Dan lantas ada publik yang tak berminat, yang menaruh perhatian kecil saja dan akan bergabung, jika memang ia akhirnya memutuskan untuk begitu, setelah semua garis-garis wacana ditata oleh orang lain. Penulis buku juga menjelaskan perumpaman tersebut dengan contoh yaitu seperti seorang pekerja pabrik mobil di pinggiran kota Detroit, dengan peumpamaan yang sama yaitu pengacara di sebuah kantor hukum di Washington.

Pada akhir penjelasan bagian teori keterkaitan publik, penulis buku menyimpulkannya secara ringkas, visi yang lebih majemuk tentang Keterkaitan Publik menyarankan bahwa syarat-syarat pers lama, yaitu melayani kepentingan komunitas terbesar yang dimungkinkan, tetap tak tergoyahkan.

TANTANGAN BARU

Pada awal bagian ini penulis buku menjelaskan bahwa Teori Keterkaitan Publik memperkuat pengertian bahwa jurnalisme seharusnya meningkatkan kebebasan yang demokratis, pada awal abad ke-21 profesi ini menghadapi ancaman terbesarnya. Penulis buku menerangkan komentar baron media Roberrt Murdoch dari News Corporation saat perusahaannya memenangi hak siaran televisidi Singapura. Penulis buku menjelaskan ada tiga kekuatan yang kini menyebabkan terjadinya pergeseran jurnalisme dari upaya pengembangan komunitas yaitu sifat teknologi baru, globalisasi dan faktor ketiga yang menggerakkan jurnalisme pasar adalah konglomerasi.

2.      KEBENARAN: PRINSIP PERTAMA DAN PALING MEMBINGUNGKAN

Pada bagian ini penulis buku menjelaskan bahwa selama tiga abad terakhir ini, para profesional di bidang jurnalisme telah mengembangkan sejumlah besar prinsip dan nilai tak tertulis untuk memenuhi fungsi penyediaan berita sebuah pengetahuan tak langsung yang dipakai warga untuk membentuk opini mereka tentang dunia. Yang paling utama dari prinsip-prinsip tersebut adalah:

Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran

      Pada materi ini penulis buku menjelaskan  hasil survei wartawan yang dilakukan Pew Research Center for the People and the Press dan Committe of Concerned Journalists. Pra wartawan zaman dulu pembawa pesan di masyarakat yang belum mengenal tulisan diharapkan bisa bercerita ulang tentang suatu perkala secara akurat dan dapat diandalkan. Penulis buku juga menjelaskan pada abad pertengahan misalnya para rahib meyakini adanya hirerki kebenaran. Pada jenjang tertinggi adalah pesan-pesan yang disampaikan kepada kita tentang takdir semesta, seperti surga nyata adanya. Berikutnya penulis menjelaskan mengenai kebenaran moral, yang mengajarkan kita bagaimana menjalani hidup. Hal ini diikuti kebenaran alegori, yang mengajarkan moral cerita. Akhirnya dibagian buncit yang kurang penting, adalah kebenaran yang sesuai aslinya, yang oleh para teoritikus biasanya disebut tak bermakna dan tek relevan.

       Penulis buku menjelaskan pada abad ke-20 bahwa para wartawan mulai menyadari bahwa realisme dan realitas atau akurasi dan kebenaran tak bisa lagi dianggap mudah dengan sama. Penulis buku menjelaskan pada tahun 1920 mengenai pendapat Walter Lippman menggunakan istilah kebenaran dan berita yang bisa saling dipertukarkan dalam Liberty and the News dan penulis buku juga menjelaskan dalam public opinion.

         Pada materi ini penulis buku menjelaskan kebenaran yang seharusnya disampaikan oleh wartawan kebapa masyarakat umum sehingga masyarakat tidak perlu merasa ragu dengan hal-hal yang disampaikan wartawan.

3.      UNTUK SIAPA WARTAWAN BEKERJA

        Pada bagian ini penulis buku menjelskan untuk siapa sebenarnya wartawan bekerja. Wartawan seharusnya tidak hanya mencari kebenara sebuah berita. Organisasi-organisasi masyarakat, organisasi nonpemerintah, perusahaan induk mereka sendiri, para pemegang saham, para pemasang iklan, dan bnyak lagi kepentingan yang harus didengar dan dilayani oleh organisasi berita yng sukses.

Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga.

        Pada materi ini penulis buku menjelaskan loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga. Komitmen kepada warga lebih besar dari pada egoisme profesional. Tersirat di dalamnya perjanjian dengan publik, yang berkata kepada audiens bahwa ulasan filmnya jujur, bahwa ulasan restorannya tak terpengaruhi oleh pemasangan iklan, dan liputannya tidak untuk kepentinganpribadi atau condong untuk kepentigan teman-teman. Kesetiaan kepada warga ini adalah makna yang kita sebut independensi jurnalistik. Penulis buku menjelaskan perkembangan suratkabar menjadi monopoli pada tahun 1960-an. 

         DARI INDEPENDENSI KE ISOLASI

        Pada materi ini penulis buku menjelaskan bahwa sama dengan banyak pemikiran profesi lainnya, independensi editorial dimulai sekian waktu yang lalu dan dalam perjalanannya mengeras. Saat wartawan berusaha menghormati dan melindungi independensi yang secara hati-hati didapatkannya dari tekanan partai kekuatan komersial, mereka terkadang masih harus mengejar independensi itu sendiri.

         SERANGAN BALIK TERHADAP KETIDAKBERLIBATAN

         Penulis buku menjelaskan pada tahun 1990-an sudah mulai apa yang dinilai sebagai pertimbangan ulang indenpendensi redaksi. Sebab pertamanya, strategi bisnis yang membidik demografi tertentu mulai menyerang balik. Penulis buku menjelaskan pada tahun 989, dengan arah perubahan dalam sistem eceran Amerika dan teknologi informasi, hal itu mulai terkoyak. Saat bisnis jurnalisme makin sulit, para manajer mulai berupaya menata ulang bagaimana mereka beroperasi. Di dalam suratkabar, hal itu sebagian besar berarti memangkas ongkos, bukan berinvestasi lebih banyak dalam berita agar menambah daya tarik.

         WARGA BUKAN PELANGGAN

      Penulis buku menjelaskan pada saat akuntabilisasi bisnis dibawa keredaksi, ikut serta pula bersamannya bahasa bisnis. Beberapa orang berpendapat bahwa wartawan harus menjual tapi disini presisi menjadi sesuatu yang penting. Kata pelanggan terlalu membatasi dan tak akurat. Penulis buku menjelaskan orang yang bergerak di pemberitaan tidak menjajakan produk yang berisi kepentingan pelanggan, mereka membangun hubungan dengan audiensnya berdasarkan nilai-nilai yang mereka anut, pengambilan sikap, kewenangan, keberanian, profesionalisme, dan komitmen kepada komunitas. Dengan menyediakan ini media menciptakan ikatan dengan publikyang selanjutnya disewakan kepada para pemasang iklan.

           PAGAR  API

          Penulis buku menjelaskan bahwa wartawan berada di balik pagar api agar bisa melayani warga dengan baik, sementara orang pemasaran bebas mencari keuntungan, adalah metafora yang salah arah. Pertama, ini mendorong terjadinya isolasi seperti yang telah kami paparkan. Kedu, jika kedua pihak dalam sebuah organisasi media ini benar-benar berjalan ke arah yang berlawanan, jurnalisme cenderung menjadi pihak yang dirugikan. Penulis buku menjelaskan ada lima gagasan kata kunci yang muncul dari intropeksi yaitu pemilik atau perusahaan harus menomorsatukan warga, Pekerjakan manajer bisnis yang juga menomorsatukan warga, tetapkan dan komunikasikan standar yang jelas, kata akhir berita berada di tangan wartawan, komunikasikan standar yang jelas kepada publik.

4.      JURNALISME VERIFIKASI

Intisari jurnalisme adalah sebuah disiplin verifikasi

      Penulis buku menjelaskan disiplin verifikasi adalah ihwal jurnalisme dari hiburan, propaganda, fiksi, atau seni. Entertainment dan infotainment berfokus pada hal-hal yang paling menggembirakan hati. Propaganda akan menyeleksi fakta atau mengarang fakta demi kepentingan yng sebenarnya persuasi dan manipulasi. Fiksi mengarang skenario untuk sampai pada kesan yang lebih personal dari apa yang disebut kebenaran.

         HILANGNYA MAKNA OBJEKTIVITAS

      Penulis buku menjelaskan disiplin verifikasi sangat bersifat pribadi dan begitu sering secara serampangan dikomunikasikan, ia menjadi salah satu sebab kebingungan terbesar dalam jurnalisme: konsep objektivitas. Makna asli dari pemikiran ini sering disalahpahami, dan sebagian besar bahkan hilang. Pada abad ke-19, konsep yang sring disebut-sebut wartawan adalah realisme bukan objektivitas. Realisme adalah pemikiran bahwa seseorang reporter menggali fakta dan meruntutkannya secara kronologis, kebenaran akan dengan sendirinya terungkap.

          JURNALISME OMONGAN VERSUS JURNALISME VERIFIKASI

         Penulis menjelaskan bahwa pada zaman ini pers modern umumnya kian melemahkan metodologi verifikasi wartawan. Teknologi adalah sebagian penyebabnya. Di masa siklus berita 24 jam, wartawan sekarang menghabiskan waktu lebih banyak mencari sesuatu untuk menambahi berita yang tengah berlangsung, biasanya interpretasi, dan bukannya mencoba secara independen mendapati dan memverifikasi fakta baru. Sebagai contoh penulis menjelaskan mengenai kasus kandidat presiden Al Gore. Penulis juga menyebutkan dan menjelaskan lima hal prinsip intelektual dari sebuah laporan ilmiah yaitu jangan pernah menambahi sesuatu yang tidak pernah ada, jangan pernah menipu audiens, berlakulah setransparan mungkin tentang metode dan motivasi anda, andalkan reportase sendiri dan bersikaplah rendah hati.

         TEKNIK VERIFIKASI

         Pada materi ini penulis buku menjelaskan beberapa metode konkret dari wartawan diseluruh dunia tentang teknik verifikasi yaitu penyuntingan yang skeptif, daftar pemeriksaan akurasi, jangan berasumsi, pensil warna Tom French, dan sumber anonim.

           AKAR-AKAR KEBENARAN

         Penulis buku menjelaskan setiap orang dalam proses jurnalistik punya perjalan dalam menuju jalan kebenaran. penerbit dan pemilik harus bersedia secara konsisten mengumandangkan karya jurnalisme yang dilakukan demi kepentingan publik tanpa ketakutan atau keberpihakkan. Redaktur harus bertindak sebagai pelindung terhadap turunnya nilai-nilai kebebasan berpendapat kata-kata menolak tekanan pemerintah, perusahaan-perusahaan konglomerat, pihak-pihak yang berperkara, pengacara, atau pembuat berita lain yang bertujuan menyesatkan atau memanipulasi dengan membeli dusta sebagai kebenaran, perang sebagai damai.

5.      INDEPENDENSI DARI FAKSI

        INDEPENDENSI PIKIRAN

        Penulis buku menjelaskan independensi semangat bahkan menjangkau penulisan opini yang tidak ideologis karya kritikus seni danperesensi. Implikasi pentingnya: kebebasan berbicara dan kebebasan pers bermakna keduanya adalah milik semua orang. Namun komunikasi dan jurnalisme bukanlah istilah yang bisa saling dipertukarkan.

         EVOLUSI INDENPENDENSI

        Penulis buku menjelakan bahwa pada intinya pers menukar loyalitas partisan untuk sebuah tatanan baru bahwa jurnalisme tak akan melansir agenda tersembunyi. Editorial dan opini politik, yang sebelumnya bercammpur dengan berita, bahkan kadang-kadang dijadikan berita di halaman depan, kini tersusun terpisah dengan ruang dan label yang berbeda.

        INDEPENDENSI DALAM PRAKTIK

      Pada materi ini penulis buku menjelaskan aturan-aturan yang telah dimodifikasi dan diperkuat seiring dengan perjalanan waktu, sampai pada keadaan dimana reprter dan redakturn sekarang ini sering dilarang ikut serta dalam aksi politik,  seperti unjuk rasa yang menyangkut masalah yang politis.

        INDEPENDENSI DIKAJI ULANG

        Penulis buku menjelaskan dan menerangkan setiap perkembangan independensi pada tahun 1970-an, 1980-an, 1990-an, selalu ada yang menentang atau menghindarinya.

         INDEPENDENSI DARI KELAS ATAU STATUS EKONOMI

        Penulis buku menjelaskan persolan independensi tidak tidak terbatas pada ideologi bahkan lebih mudah ditangani di sini daripada masalah lain. Namun untuk memahami sepenuhnya peran wartawan, kita perlu melihat jenis konflik dan ketergantungan lain.

          INDEPENDENSI DARI RAS, ETNIS, AGAMA, DAN GENDER

         Penulis buku menjelaskan dalam 30 tahun terkahir telah terlihat kesadaran yang tumbuh terhadap perlunya mencerminkan keberagamaan masyarakat Amerika di ruang redaksi. Perkumpulan penerbitan seperti American Society of Newspaper Editors telah sepakat menjadikan keragaman sebagai sasaran industri suratkabar. Berbagai media telah memperbaiki gaya penulisan mereka untuk menyingkirkan bahsa rasialis. Namun sampai saat ini industri suratkabar masih gagal memenuhi sasaran ini. Pada akhirnya, pelarangan ketat terhadap setiap jenis keterkaitan personal ataupun intelektual tak menjamin seorang wartawan tetap independen dari faksi politik atau faksi lainnya.

6. MEMANTAU KEKUASAAN DAN MENYAMBUNG LIDAH YANG TERTIDAS

Wartawan harus bertindak sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan

       Pada pembahasan ini penulis buku menjelaskan bahwa prinsip ini sering disalahpahami bahkan oleh wartawan, dengan mengartikan sebagai “susahkan orang yang senang”. Penulis buku mengatakan prinsip anjing penjaga ini tengah terancam dalam jurnalisme dewasa ini oleh penggunaannya yang berlebihan, dan oleh peran anjing penjaga palsu yang lebih ditujukan untuk menyampaikan sensasi ketimbang pelayanan publik. Penulis buku menjelskan tujuan peran anjing penjaga juga berkembang, ia tidak hanya menjadikan manajemen dan pelaksana kekuasaan transparan semata, tapi juga menjadikan akibat dari kekuasaan itu diketahui dan dipahami. Penulis buku menjelaskan era yang paling di kenang danpaling penting di Amerika yaitu pers dimasa Amerika kolonial, pers masa revolusi Amerika, pada fajar abad ke-20.

          REPORTASE INSVESTIGATIF ORISINAL

       Pada materi ini penulis buku menjelaskan reporter investigatif orisinal melibatkan si reporter sendiri yang membuka dan mendokumentasikan kegiatan yang sebelumnya tak diketahui publik. Reportse investigasi ini sering berujung pada investigasi publik tentang subjek atau aktivitas yng dipaparkan, sebagai contoh klasik pers mendesak publik atas nama masyarakat. Taktik yang dipakai mungkin serupa dengan kerja polisi, seperti hlnya reportase lapangan, pencarian catatatan publik, pemakaian informan, dan bahkan dalam situasi khusus, penyamaran atau pemantauan sebuah kegiatan secara sembunyi-sembunyi. Dalam reportase investigatif orisinil modern, kekuatan analisis komputer sering menggantikan observasi personal reporter.

           REPORTASE INVERTIGATIF INTERPRETATIF

         Pada materi ini penulis buku menjelaskan reportase ini sering melibatkan kegigihan yang sama dengan reportase orisinil tapi dengan interprestasi dimana temuannya membawa audiens ke jenjang pemahaman lain. Penulis buku menjelaskan perbedaan antara reportase investigatif orisinil dengan investigatif interpretatif. Reportase investigatif orisinil membuka informasi yang belum dikumpulkan pihak lain unntuk memberi informasi pada publik tentang peristiwa atau keadaan yang mungkin mempengaruhi kehidupan mereka. Reportase interpretatif berkembang sebagai hasil pemikiran cermat, analisis sekaligus pengajaran fakta-fakta secara intens untuk membawa informasi utuh dalam sebuah konteks baru yang lengkap yang menyajikan pemahaman publik yang ,endalam.

          REPORTASE MENGENAI INVESTIGASI

       Penulis buku menjelaskan bahwa dalam kasus ini reportase berkembang dari penemuan atau bocoran informasi dari sebuah investigasi resmi yang sudah dijalankan atau sedang disiapkan pihak lain, biasanya agen pemerintah. Penulis buku menjelaskan reportase seperti ini adalah bahan baku jurnalisme Washington, sebuah kota tempt pejabat-pejabat pemerintah lebih ering berbicara kepada dirinya sendiri melalui pers. Reportase mengenai investigasi dijumpai di mana saja saat penyelidik resmi sedang bekerja.

          PERAN ANJING PENJAGA MELEMAH             

          Pada mteri ini penulis buku menjelaskan dalam abad dua tahun terakhir, kita sampai pada momen melemahnya peran ini karena mencairnya bobot investigasi. Sebuah penelitian tentang prime-time magazine pada 1997, penulis buku menjelaskannya dengan memberi sebuah contoh genre reportase investigasi yang mengabaikan sebagian besar masalah yang lazimnya diasosiasikan dengan peran anjing penjaga pers.

           REPORTASE INVESTIGASI SEBAGAI PENUNTUTAN

         Penulis buku menjelaskan sebagai jurnalisme investigasi adalah mereka yang punya tambahan dimensi moral. Reportase ini menarik publik untuk menilai pembeberan yang dilakukan, dan reportase ini menyiratkan bahwa media menganggap masalah ini penting sepadan dengan usaha khusus untuk mendapatkannya. Penulis buku menjelaskan reportasi investigasi tidak hanya meliputu membuat tentang suatu masalah, tetapi biasanya juga mengajukan semacam tuntutan bahwa ada sesuatu yang salah.

         Penulis buku menjelskan teori pers bebas yang muncul pada abad pencerahan akan ada suara independen yang bisa memonitor pengaruh lembaga yang kuat di dalam pemerintahan yang kini dalam masalah. Penulis buk menjelaskan contoh dari kemungkinan yang terjadi adalah Center for Public Integrity di Washington, yang didirikan pada 1990 oleh Charles Lewis, produeser berusia 34 tahun dari 60 Minutes CBS.

7.      JURNALISM SEBAGAI FORUM PUBLIK

Jurnalisme harus menghadirkan sebuah forum untuk kritik dan komentar publik 

   Penulis buku menjelaskan semua medium yang dipakai wartawan sehari-hari bisa berfungsi untuk menciptakan forum dimana publik diingatkan akan masalah-masalah penting mereka sedemikian rupa sehingga mendorong warga untuk membuat penilaian dan mengambil sikap. Rasa ingin tahu yang manusiawi membuat orang bertanya-tanya sesudah membaca liputan- acara-acara yang sudah terjadwal, pembeberan penyimpangan, atau reportase tentang sesuatu kecenderungan yang berkembang. Penulis buku juga menjelaskan perkembangan-perkembangan jurnalisme pada era-era berikutnya untuk terus menghidupkan pemikiran forum terbuka dengan publik.

Selain itu penulis buku juga menjelaskan bahwa masalah dari ciri-ciri budaya argumen yaitu menyusutnya tingkat reportase, berkurangnya nilai kepakaran, penekanan pada rentang sempit kisah laris, dan penekanan pada penyederhanaan yang berlebihan, debat yang terpolarisasi adalah kecondongan untuk melepaskan orang dari diskusi publik yang tidak hanya perlu didukung media, tetapi juga diperlukan oleh media itu sendiri untuk keberlangsungan hidupnya. Membuat politik menjadi adu teriak menjauhkan orang dari media. Satu alasan forum media begitu membesar adalah perusahaan media melihat silang pendapat sebagai sebuah jalan untuk berhubungan kembali dengan komunitas, pada saat hubungan ini melemah.

8.      MENARIK DAN RELEVAN

Wartawan harus membuat hal yang penting menjadi menarik dan relevan

        Penulis buku menjelaskan jurnalisme adalah mendongeng dengan sebuah tujuan. Tujuannya adalah menyediakan informasi yang dibutuhkan orang dalam memahami dunia. Tantangan pertama adalah menemukan informasi yang orang butuhkan untuk menjalani hidup mereka. Kedua adalah membuatnya bermakna, relevan, dan enak disimak.bukti menunjukkan bahwa sejumlah ajuran konvensional tentang rentang perhatian adalah salah arah dan telah melukai jurnalisme, bukannya membantu.

BEBERAPA PENDEKATAN INOVATIF

            Pada bagian ini penulis buku menjelaskan jika industri jurnalisme hendak mencari yang terbaik, menimbang-nimbang pemikiran mereka, dan mencari ide yang tak lazim dari pengalaman sebuah media, ia akan menemukan ide-ide baru yang menarik. Penulis buku menjelaskan beberapa subbab mengenai sok pintar, gambaran pikiran, karakter dan detail dalam berita, menemukan metafor atau struktur tersembunyi dalam setiap berita, narasi dalam melayani kebenaran.

9.      JADIKAN BERITA KOMPREHESIF DAN PROPORSIONAL

Wartawan harus menjaga berita dalam proporsi dan menjadikannya komprehensif

            Penulis buku menjelaskan jurnalisme adalah kartografi modern. Wartawan menghasilkan sebuah peta bagi warga untuk mengarahkan persoalan masyarakat. Itulah manfaat alasan ekonomi kehadiran jurnalisme. Penulis buku menyebutkan bahwa konsep kartografi ini membantu menjelaskan apa yang menjadi tanggung jawab liputan jurnalisme. Seperti halnya peta, nilai jurnalisme bergantung pada kelengkapan dan proporionalitas. Penulis buku menjelaskan mengumpamakan jurnalisme sebagai pembuatan peta membantu kita melihat bahwa proporsi dn komprehensivitas adalah kunci akurasi. Hal ini tak hanya berlaku untuk sebuah berita. Sebuah halaman depan atau sebuah siaran berita yang lucu dan menarik tapi tak mengandung apapun yang signifikan adalah sebuah pemutarbalikkan. Penulis buku menjelaskan beberapa pendpt keliru tentang demografik.

 KETERBATASAN METAFOR        

 Dalam materi ini penulis buku menjelaskan kartografi adalah sesuatu yang ilmiah, sementara jurnalisme tidak. Proporsi dan komprehensitivitas dalam berita subjektif sifatnya. Orang yang jujur bisa tak setuju tentang nilai penting sebuah berita, tapi warga dan wartawan biasanya tahu kapan sebuah berita mulai dilebih-lebihkan.

TEKANAN UNTUK MELEBIH-LEBIHKAN

           Penulis buku menjelaskan bahwa pada momen ketika budaya media berita mengalami perbuhana yang cepat dan disorientasi, tampaknya ada tekanan untuk melebih-lebihkan dan membuat sensasi. Penulis buku menjelaskan sebuah organisasi berita pada tingkatan tertentu harus beroperasi sesuai dengan keyakinan atau filosofinya, karen model empirik dari masa silam, boleh jadi tak cukup untuk diterapkan di masa depan.

         PEMASARAN VERSUS PEMASARAN

         Penulis buku mejelaskan jika jurnalisme telah kehilangan jalannya, tapi sebagian besar alasannya adalah ia sudah kehilangan makna dalam kehidupn orang, bukan hanya audiens tradisionalnya tapi juga generasi berikutnya. Wartawan telah kehilangan kepercayaan diri untuk berupaya membuat berita komprehensif dan proporsional. Seperti halnya peta kuno yang menyisakan sebagian sebagian besar dunia sebagai daerha tak dikenal, audiens dewasa ini menghadapi jurnalisme dengan ruang kosong serupa di tempat grup demografik yang tak menarik atau topik yang terlalu sulit untuk dikejar.

10.  WARTAWAN PUNYA TANGGUNG JAWAB PADA NURANI

BUDAYA KEJUJURAN

            Penulis buku mengemukakan pendapat Donald Shriver, pensiunan rektor Union Thelogical Seminary di kota New York mengenai buku referensi tentang jurrnlisme yang disiapkan Poynter Institute di Florida.

KEBERAGAMAN INTELEKTUAL ADALAH TUJUAN SESUNGGUHNYA

       Penulis buku menjelaskan secara tradisi konsep keberagaman ruang redaksi umumnya didefinisikan dalam pengertian jumlah sasaran yang berkaitan dengan etnik, ras dan gender. Industri berita terlambat mengenali bahwa ruang redaksi mereka harus lebih mencerminkan budaya secara umum.

TEKANAN TERHADAP NURANI INDIVIDU

Penulis buku menjelaskan ada beraneka faktor pemicu yang menjadikan ruang redaksi homogen. Salah satunya adalah sifat manusia. Masalah lain adalah sejenis kelemahan birokratis yang melekat dalam setiap organisasi. Kelemahan ini mendorong orang dalam situasi apapun untuk melakukan yang normal-normal saja.

NURANI DAN KEBERAGAMAN DI RUANG REDAKSI

Penulis buku menjelaskan bahwa tantangan besar bagi orang yang memproduksi berita adalah mengenali bahwa kesehatan jangka panjang mereka tergantung pada kualitas redaksi mereka, bukan pada efisiensi semata. Kepentingan jagka panjang menarik seseorang menuju budaya redaksi yang lebih kompleks dan lebih sulit. Kualitas seorang pemilik, seorang redaktur, atau manajer yang mana saja pada umumnya ditentukam oleh tingkatan yang mereka tangani selama jangka waktu tertentu.

PERAN WARGA MASYARAKAT

Penulis buku menjelaskan elemen jurnalisme adalah pernyataan hak-hak dasar sebuah masyarakat sekaligus menjadi pernyataan tanggung jawab wartawan. Penulis buku menjelaskan pernyataan hak-hak dasar masyarakat berupa tentang kejujuran, tentang kesetiaan kepada warga,, tentang independensi, tentang pemantauan kekuasaan, dan tentang forum publik, tentang proposionalitasn dan daya tarik.

C. KOMENTAR

Buku karya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel ini membahas sembilan elemen jurnalisme  menggunakan contoh-contoh yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Sembilan elemen jurnalisme tersebut yaitu kebenaran: prinsip pertama dan paling membingungkan, untuk siapa wartawan bekerja, jurnalisme verifikasi, independensi, memantau kekuasaan dan menyambung lidah yang tertindas, jurnalisme sebagai forum publik, menarik dan relevan, berita kompherensif dan proposional, dan tanggung jawab wartawan. Buku ini berisi mengenai dasar-dasar yag harus dipahami oleh seorang jurnalis.

D. PENUTUP

Buku ini berbicara tentang berbagai hal terkait dengan wawasan jurnalistik, buku ini banyak memberikan sumbangsih dalam kajian jurnalistik. Saya yakin buku ini sangat sarat akan muatan jurnalistik. Buku ini bagus digunakan oleh mahasiswa yang belajar jurnalistik, juga oleh tenaga edukatif untuk  menambah referensi dan juga dalam proses belajar mengajar. Buku ini memiliki isi yang berkualitas karena penulis memaparkan secara rinci materi yang disajikannya. Penggunaan bahasa yang sederhana membuat pembaca lebih mudah memahami materi yang disajikan penulis. Hanya saja buku ini kurang menarik dari segi penyajiaan tulisan dan sampulnya sehingga pembaca kurang tertarik untuk membaca buku tersebut. Namun, secara keseluruhan buku ini sangat bagus dan bermanfaat.

 

 

Cari Blog Ini