Rabu, 22 November 2023

Esai Beasiswa LPDP: RENCANA KONTRIBUSIKU UNTUK INDONESIA

Tahun 2021 lalu saya memberanikan diri untuk mendaftar beasiswa lpdp. Menulis esai kontribusiku untuk negeri merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh para pendaftar. Saya, yang tidak tahu harus menulis apa dalam esai saya, merasa sangat terbantu oleh awardee lpdp yang mengunggah esainya di internet. Sedikit banyak saya belajar, bagaimana cara menulis esai yang baik, dan esai yang seperti apa yang diinginkan oleh lpdp. Saya harap dengan mengunggah esai ini di sini, para pendaftar beasisiwa lpdp lainnya juga merasakan hal yang sama. Sedikit tips dari saya, saat menulis esai, jadilah diri sendiri. Semangat untuk para pejuang beasiswa.

RENCANA KONTRIBUSIKU UNTUK INDONESIA

Oleh: Riska Mulyani

Nama saya Riska Mulyani, saya lahir dan dibesarkan di Muaralabuh sebuah kota kecil di Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Sewaktu kecil saya sangat suka mendengar cerita dari ayah saya. Cerita[1]cerita yang beliau sampaikan beragam, mulai dari bagaimana perilaku saya waktu kecil, kehidupan keluarga kami sebelum saya lahir, sampai sejarah Indonesia yang terdengar seperti dongeng yang menyerukan. Ayah saya adalah guru sejarah terbaik keluarga kami meski profesi beliau sesungguhnya adalah petani. Saat sekolah, saya lebih senang mendengar cerita sejarah dari ayah saya daripada membacanya sendiri dari buku LKS yang harganya Rp8000 masa itu. Kenangan masa kecil itu dan berbagai pengalaman setelahnya membuat saya memutuskan untuk menjadi pendidik. Pendidik yang akan didatangi peserta didiknya saat ada masalah atau saat ketidakpahaman melanda, seperti saat saya mendatangi ayah saya.

 

Mimpi kecil itu terus berkembang seiring berjalannya waktu, hingga sampai pada pengumuman hasil Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun 2015, saya mendapati bahwa saya diterima di Universitas Negeri Padang dengan program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan status penerima beasiswa Bidikmisi. Saya sangat bersyukur atas status tersebut, begitu pula dengan orang tua saya. Saya sadar bahwa Bidikmisi memiliki peran penting dalam pencapaian pendidikan saya.

Masa kuliah adalah masa yang paling saya kenang. Saya banyak belajar dan bertumbuh di masa itu. Hal yang paling berkesan bagi saya adalah tekad saya untuk sampai ke kampus tepat waktu setiap harinya. Saya harus bangun pukul 04.00 WIB untuk membantu Etek (adik Ibu) memasak agar bisa membawa bekal makan siang serta menempuh perjalanan selama 1 jam dengan angkutan umum untuk sampai ke kampus tepat waktu. Saat kuliah saya tinggal bersama keluarga Etek untuk meminimalisir pengeluaran keluarga. Jarak antara rumah etek dan kampus sekitar 14 km, jika menggunakan sepeda motor jarak tersebut dapat ditempuh dalam waktu setengah jam. Karena saya menggunakan angkutan umum, waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke kampus menjadi dua kali lipat. Seringkali saya temui para tunawisma masih tertidur pulas di emperan toko saat akan berangkat ke kampus. Saya belajar disiplin dan bersyukur dari kebiasaan kecil ini.

Semasa kuliah, saya juga aktif mengikuti organisasi kampus, yaitu Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) Fakultas Bahasa dan Seni UNP. Melalui organisasi ini, saya belajar membangun kerjasama antar anggota tim dan meningkatkan kebermanfaatan diri terhadap sesama. Selain itu, saya belajar bagaimana harus bersikap dalam situasi-situasi tertentu melalui organisasi ini.

Di samping itu, saya aktif mengikuti komunitas online yang bernama Beranibaca. Komunitas Beranibaca merupakan sebuah komunitas yang bergerak di bidang literasi. Meningkatkan minat dan daya baca generasi penerus bangsa adalah visi komunitas yang saya ikuti ini. Melalui komunitas ini, saya belajar ikhlas dalam beramal dan menjadi lebih produktif dalam bidang literasi. Berkaitan dengan bidang literasi, saya juga mengelola blog pribadi sebagai tempat berbagi ilmu dan tempat melatih kemampuan menulis saya. Saya juga pernah mengikuti beberapa lomba menulis puisi dan puisi saya terpilih untuk dibukukan.

Di sisi lain, melalui Ikatan Mahasiswa Bidikmisi saya dapat bertemu dengan tokoh berpengaruh di Indonesia, diantaranya Ibu Megawati Soekarnoputri, Bapak Jusuf Kalla, Ibu Puan Maharani serta beberapa menteri yang menjabat dalam Kabinet Kerja. Bertemu dengan tokoh-tokoh tersebut menyulutkan api semangat dalam diri saya untuk ikut memberi kontribusi terhadap Indonesia. Saya berjanji tidak akan menyia-nyiakan ilmu yang telah saya peroleh dan akan terus mengabdi kepada negara. Saya akan mempelajari banyak hal agar dapat memberi lebih kepada orang-orang sekitar saya.

Setelah lulus sarjana dengan IPK 3,67, saya ikut berpartisipasi dalam seleksi CPNS yang diselenggarakan secara besar-besaran oleh pemerintah. Dengan mengikuti seleksi tersebut, saya berharap dapat langsung mengabdi kepada negera karena telah memberikan pendidikan yang layak bagi seorang anak petani seperti saya. Namun, langkah saya terhenti pada tahap Seleksi Kompetensi Bidang karena nilai pesaing saya lebih tinggi dari nilai saya. Kegagalan itu saya jadikan cambuk agar menjadi lebih baik di masa depan.

Tidak berhenti di situ, saya melamar untuk menjadi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di MTs Negeri 1 Solok Selatan, tempat saya mengenyam pendidikan SLTP sekaligus salah satu madrasah tertua di kabupaten saya. Kegiatan pembelajaran di tempat saya mengabdi menerapkan model pembelajaran daring dan luring (kombinasi). Pembelajaran daring dilakukan melalui aplikasi WhatsApp. Pendidik akan memberikan materi pembelajaran dan tugas melalui aplikasi tersebut sesuai jadwal pelajaran yang telah ditetapkan sekolah. Pembelajaran luring dilakukan seperti biasa, pendidik dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran di dalam kelas dengan memperhatikan protokol kesehatan.

Meski sudah berjalan dengan model kombinasi, kegiatan pembelajaran belum dapat berjalan secara efektif dan efisien. Hal itu disebabkan oleh beberapa masalah yang ditemukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Ada dua masalah yang saya temui saat kegiatan pembelajaran daring. Pertama, terkait fasilitas pembelajaran daring. Tidak semua peserta didik memiliki gawai, kalaupun ada terkadang itu digunakan bersama adik atau kakaknya yang juga melakukan pembelajaran daring. Di sisi lain, ada peserta didik yang memiliki gawai tetapi kuota internet tidak mencukupi. Bahkan ada peserta yang tidak memiliki jaringan internet di daerah tempat tinggalnya. Kedua, terkait aktivitas pembelajaran. Peserta didik cenderung pasif saat mengikuti kelas daring. Peserta didik hanya menjadi silent reader saat pembelajaran daring berlangsung. Hal itu menyebabkan komunikasi dua arah yang diharapkan dalam kegiatan pembelajaran tidak terjalin dengan baik.

Untuk meyelesaikan permasalahan yang ditemui selama kegiatan pembelajaran daring saya melakukan hal berikut. Pertama, bagi peserta didik yang tidak memiliki gawai, saya memberikan materi dan tugas yang akan dipelajari di kelas daring di akhir kegiatan pembelajaran luring. Bagi peserta didik yang tidak memiliki kuota internet ataupun yang tidak memiliki jaringan internet, saya sarankan untuk pergi ke tempat WiFi gratis terdekat yang telah disediakan pemerintah daerah. Kedua, untuk mengatasi peserta didik yang pasif, saya berusaha memancing peserta didik dengan pertanyaan-pertanyaan sehingga komunikasi dua arah yang diharapkan terjalin dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Selanjutnya, saat melakukan pembelajaran luring, ada beberapa masalah yang saya temukan. Pertama, terkait motivasi belajar peserta didik. Dalam seminggu peserta didik hanya dapat bertatap muka dengan pendidik selama dua hari setiap tingkatnya. Karena sudah terbiasa belajar di rumah, saat di sekolah peserta didik tidak bersemangat dalam belajar. Selain itu, karena hanya dua hari bertemu dengan teman sekelasnya, peserta didik cenderung lebih suka mengobrol. Kedua, terkait aktivitas pembelajaran, saat diberi latihan, peserta didik sulit untuk berpikir dan malas menggali lebih dalam materi yang diberikan. Hal itu disebabkan kebiasaan peserta didik yang menggunakan internet untuk menyelesaikan tugas yang diberikan selama kelas daring. Ketiga, terkait protokol kesehatan yang salah satunya menjaga jarak, saya terkendala saat hendak memberikan bimbingan secara individu. Dalam kegiatan pembelajaran yang ideal, pendidik hendaknya memberikan bimbingan secara individu kepada peserta didik yang membutuhkan agar tujuan pembelajaran tercapai secara maksimal. Namun, hal itu tidak dapat terlaksana karena harus mematuhi protokol kesehatan yang salah satunya menjaga jarak.

Saya melakukan hal-hal berikut untuk mengatasi masalah yang terjadi selama kelas luring. Pertama, untuk mengatasi turunnya motivasi belajar peserta didik, saya memberikan beberapa nasehat dan motivasi kepada peserta didik agar senantiasa semangat dalam belajar. Di samping itu, di awal atau akhir pembelajaran saya memberikan kuis atas materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kuis ini hanya berupa tanya jawab lisan dan kegiatan ini di luar kegiatan latihan. Tujuannya agar peserta didik termotivasi untuk belajar dan mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Kedua, untuk mengatasi kebuntuan berpikir peserta didik, saya akan mengubah konteks bacaannya dengan hal-hal yang lebih sederhana dan dekat dengan peserta didik. Contohnya, saat peserta didik diminta menulis teks persuasi, saya akan meminta peserta didik menulis teks persuasi tentang hobinya, seperti mengajak pembacanya mengikuti klub sepakbola atau silat yang diikutinya. Hal itu akan lebih mudah bagi peserta didik karena kegiatan itu sudah menjadi hobinya. Ketiga, untuk mempermudah jalan saya dalam mengontrol dan membimbing siswa. Saya akan memanggil siswa secara acak dan bertanya sudah sejauh mana latihan yang dibuatnya atau apakah ada hal-hal yang kurang dipahami. Jika ada hal yang kurang dipahami, saya minta siswa lain untuk mengangkat tangan jika menemui masalah yang serupa. Jika sudah demikian, saya akan membahas masalah tersebut bersama-sama dengan peserta didik. Karena keterbatasan waktu dan fasilitas, itulah yang saya lakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang saya temui di sekolah tempat saya mengabdi.

Terlepas dari itu semua, masih banyak hal yang harus saya perbuat untuk memajukan pendidikan Indonesia. Ada beberapa isu utama dunia pendidikan Indonesia yang hingga saat ini belum terselesaikan, salah satunya peringkat Progrramme for International Student Assesment (PISA) Indonesia berdasarkan survei tahun 2018 berada dalam urutan bawah. PISA sendiri merupakan metode penilaian internasional yang menjadi indikator untuk mengukur kompetensi siswa Indonesia di tingkat global. Untuk nilai kompetensi membaca, Indonesia berada pada peringkat 72 dari 77 negara; untuk nilai matematika, berada pada peringkat 72 dari 78 negara; dan untuk nilai sains berada pada peringkat 70 dari 78 negara. Nilai tersebut cenderung stagnan dalam 10-15 tahun terakhir (Kompas.com, 05/04/2020) Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah telah mengambil langkah yang besar dengan mencanangkan program Merdeka Belajar. Program Merdeka Belajar ini fokus pada peningkatan kualitas SDM. Hal ini menindaklanjuti arahan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan Wakil Presiden Republik Inodnesia Ma’ruf Amin untuk meningkatkan kualitas SDM (kemdikbud.go.id, 11/12/2019). Untuk menghasilkan SDM yang berkualitas tentu perlu diimbangi dengan pendidikan yang berkualitas pula. Oleh sebab itu, pemerintah mendorong semua pemangku kepentingan pendidikan untuk ikut berperan aktif menjadi agen perubahan. Selanjutnya, Mendikbud memaparkan bahwa pendidikan berkualitas dapat tercapai melalui perbaikan pada 1) infrastruktur dan teknologi; 2) kebijakan prosedur, dan pendanaan; 3) kepemimpinan, masyarakat, dan budaya; 4) serta kurikulum, pedagogi, dan asesmen pendidikan (dikutip dari situs web kemdikbud.go.id, 03/02/2020).

Agar dapat berperan aktif dalam mewujudkan pendidikan Indonesia yang berkualitas, saya berpikir untuk memperdalam ilmu tentang kurikulum, pedagogi, dan asesmen dengan melanjutkan studi magister dengan fokus Pendidikan Bahasa Indonesia di salah satu universitas negeri terkemuka di Indonesia. Jika saya diberi kesempatan untuk menempuh pendidikan di jenjang magister, tentu saya dapat memberikan kontribusi yang lebih besar berkat ilmu dan pengalaman yang saya peroleh selama menempuh pendidikan.

Mimpi jangka panjang saya untuk dunia pendidikan Indonesia adalah terwujudnya bangsa yang cerdas dan sejahtera sesuai dengan amanat Pembukaan UUD 1945. Cerdas di sini bukan hanya dalam ranah kognitif tetapi juga ranah afektif. Mimpi jangka pendek saya untuk dunia pendidikan Indonesia adalah terwujudnnya program Merdeka Belajar yang saat ini dicanangkan pemerintah. Saya berharap dengan terwujudnnya program Merdeka Belajar akan lahir generasi penerus yang memiliki SDM unggul, berkarakter, cerdas, dan berdaya saing. Selain itu, apabila Merdeka Belajar terwujud kualitas hidup bangsa Indonesia akan meningkat dan bukan tidak mungkin kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dapat terealisasikan.

Untuk mewujudkan mimpi tersebut, saya ingin mengambil peran sebagai seorang dosen di institusi pendidikan tinggi sekaligus peneliti di bidang pendidikan khususnya bidang Pendidikan Bahasa Indonesia. Selanjutnya, saya akan berusaha memperbaiki dan meningkatkan kompetensi saya sebagai seorang dosen dengan melanjutkan studi ke jenjang doktoral. Saya yakin semakin tinggi kompetensi saya sebagai seorang dosen maka semakin unggul dan berkualitas pula calon guru yang saya hasilkan. Di samping itu, saya akan melakukan berbagai penelitian dan pengembangan berkaitan dengan bidang yang saya ampu agar dapat memberikan sumbangsih bagi kemajuan pendidikan Indonesia. Saya juga ingin terus berbagi melalui tulisan saya, baik itu dalam bentuk karya sastra mapun karya ilmiah. Tujuannya hanya satu, tentu saja untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik.

Esai inilah yang saya gunakan untuk mendaftar beasiswa LPDP dan dengan esai ini saya lulus beasiswa LPDP dalam satu kali percobaan. Sebenarnya esai ini adalah salah satu alat yang bisa saya gunakan untuk meyakinkan pewawancara bahwa saya layak mendapatkan kesempatan untuk menerima beasiswa LPDP. Jika teman-teman ingin tahu perjalanan saya selama mengikuti seleksi beasiswa LPDP bisa klik ini ya.

Cari Blog Ini