Tampilkan postingan dengan label Journey. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Journey. Tampilkan semua postingan

Selasa, 05 Desember 2023

Pengalaman Seleksi Beasiswa LPDP: Tuhan Punya Rencana Terbaik Part 1

 Dalam postingan kali ini, saya ingin berbagi sedikit pengalaman saya selama mengikuti seleksi beasiswa LPDP. Saya mengikuti seleksi beasiswa LPDP tahun 2021 lalu. Saya masih ingat seleksi tahun 2021 itu merupakan seleksi beasiswa LPDP pertama setelah covid. Semua tahapan seleksinya dilaksanakan secara daring. Sebelum bercerita tentang pengalaman saya. Saya ingin berbagi sedikit alasan saya memutuskan untuk kuliah lagi dan coba daftar LPDP. 

Setelah kulaih S1, ada teman saya yang menyebutkan akan lanjut kuliah dengan beasiswa LPDP. Namun saat itu saya belum tau apa itu LPDP, bagaimana sistemnya, apa syaratnya dll. yang menjadi fokus saya setelah lulus saya harus ikut seleksi CPNS. Dalam pikiran saya, cara tercepat untuk dapat berdiri di atas kaki sendiri adalah dengan menjadi seorang PNS. Pada bulan November tahun 2019 Seleksi CPNS dibuka. Saya mempersiapkan diri dengan cukup baik, saya belajar dari buku, youtube, dan juga dari teman-teman saya. Singkat cerita, saya lulus seleksi administrasi, dan juga SKD. Karena pandemi Covid19, seleksi SKB yang harusnya dilaksanakan bulan Maret 2020 diundur ke bulan September 2020. Setelah penantian panjang itu, saya akhirnya tes SKB. Sama seperti tes SKD, tes SKB dilaksanakan di Padang Panjang. Ketika selesai tes, saya melihat skor tes saya dan melakukan kalkulasi secara mandiri. Sayapun menyadari bahwa saya tidak lulus. Saya tidak tahu apa yang saya rasakan saat itu, di satu sisi saya merasa sedih karena apa yang telah saya usahakan selama ini tidak membuahkan hasil, di sisi lain saya merasa lega karena jika saya lulus saya akan terikat dan harus terbiasa dengan rutinitas sekolah. Terikat di sini bukan berarti tidak bisa berkembang ya. Hanya saja waktu itu saya berpikir, jika saya lulus waktu saya untuk mencoba hal baru akan terbatas. Kakak saya juga mengatakan hal sama, mungkin ketidaklulusan ini membuat saya bisa mencoba banyak hal yang sebelumnya belum pernah dicoba, dan memberi saya banyak kesempatan untuk mencari pengalaman di banyak tempat. Saya setuju dengan itu.

Masih di hari yang sama dan seragam tes belum diganti, saya duduk di depan komputer mencari daftar beasiswa untuk S2. Saya mencoba mengalihkan perasaan saya dengan hal itu. Konon, saat terbaik untuk bangkit adalah saat terburuk di hidupmu. Saya pun mencatat beberapa beasiswa yang mungkin bisa saya ikuti dan salah satu beasiswa itu LPDP. Sambil menunggu beasiswa-beasiswa itu buka, saya mengajar di salah satu sekolah menengah pertama di kabupaten saya. Saya mendistraksi diri saya dengan video orang-orang yang berkuliah dengan beasiswa. Harapannya, agar saya percaya saya juga bisa seperti orang-orang tersebut.

Akhirnya bulan Mei 2021 beasiswa LPDPpun buka setelah hiatus karena pandemi Covid. Saya mulai bergabung dengan grup-grup pencari beasiswa lpdp di telegram dan membaca berbagai tips agar bisa lolos seleksi beasiswa di internet. Di sela-sela kesibukan mengajar, saya menyiapkan berkas-berkas persyaratan beasiswa LPDP, seperti surat rekomendasi, dan hasil tes kemampuan bahasa Inggris.

Saya meminta surat rekomendasi kepada pembimbing skripsi saya waktu kuliah S1 dan kepala sekolah tempat saya mengajar. karena saya dan kepala sekolah tempat saya mengajar hampir bertemu setiap hari, proses pembuatan surat rekomendasi ini berjalan dengan cepat dan lancar. Yang menarik adalah ketika saya meminta surat rekomendasi kepada pembimbing saya, beliau meminta saya untuk mengirimkan transkrip nilai S1 dan sertfikat yang saya dapatkan selama kuliah S1. Jujur, saya adalah tipe mahasiswa kupu-kupu alias kuliah pulang-kuliah pulang. Jadi sertifikat yang saya dapatkan di jenjang S1 sangat sedikit. Saya hanya mengikuti satu organisasi di kampus dan organisasi tersebut hanya aktif ketika akan diadakannya pemilihan ketua himpunan mahasiswa. Setelah ketua hima terpilih, kami tidak memiliki kegiatan yang lain. Jadi saya hanya punya satu sertifikat organisasi kampus. Selebihnya apa? Beruntungnya ketika S1 saya bertemu dengan teman-teman yang baik dan hebat. Mereka banyak mengikuti lomba menulis. Karena berteman dengan mereka saya pun mengikuti lomba-lomba yang mereka ikuti. Alhasil saya mendapat cukup banyak sertifikat dari lomba-lomba menulis itu. Sertifkat-sertfikat itulah yang saya kirimkan kepada dosen pembimbing saya. Awalnya saya sedih, ketika beliau meminta saya mengirimkan sertifikat-sertifikat itu, saya bertanya "apakah beliau tidak percaya dengan kemampuan saya?". Namun, setelah saya pikir lagi, saat memberikan surat rekomendasi, beliau mempertaruhkan nama baik beliau, dan tentu beliau butuh bukti bahwa saya layak untuk direkomendasikan. 

Jika saya bisa memberi tips untuk teman-teman yang akan meminta surat rekomendasi, berikut beberapa tips dari saya. Pertama, buat janji temu seminggu atau tiga hari sebelum jadwal bertemu. Hal ini untuk memastikan bahwa beliau bersedia bertemu kita atau tidak. Kedua, walaupun jauh tetap usahakan bertemu langsung dengan pemberi rekomendasi. Di samping untuk sopan santun, hal ini juga dapat membuktikan kesungguhan teman-teman. Saya menempuh 8 jam perjalanan dengan mobil untuk bertemu beliau di kampus. Ketiga, sabar. Ketika meminta surat rekomendasi banyak saya temui teman-teman yang tidak sabar. Mereka ingin pemberi rekomendasi memberikan surat rekomendasi secepatnya. Satu hal yang perlu ditanamkan dalam diri adalah pemberi rekomendasi itu memiliki kehidupan sendiri dan tidak mungkin beliau sengaja menunda memberikan surat rekomendasi kecuali beliau sedang sibuk. Keempat, mintalah surat rekomendasi jauh-jauh hari bahkan jika bisa sebelum pendaftaran beasiswa dibuka, mungkin seminggu atau dua minggu sebelum beasiswa dibuka.

Selanjutnya hasil tes kemampuan berbahasa Inggris. Saya bersyukur sekali untuk ini. Jujur ketika lulus S1 skor TOEFL saya hanya 403. Skor ini sangat jauh dari dari persyaratan minimum LPDP. Karena saya tahu kelemahan saya dari awal, saya selalu belajar bahasa Inggris menggunakan aplikasi Duolinggo jauh sebelum saya lulus S1 dan terus belajar sampai sekarang. Beruntungnya, lagi. karena saya alumni beasiswa bidikmisi, LPDP memberikan keringanan. Saya bisa menggunakan sertifikat TOEFL ITP atau Duolinggo English Test (pertama kalinya LPDP mengizinkan ini). Karena saya sudah cukup terbiasa dengan aplikasi Duolinggo, saya pun mengambil tes resminya. Saya harus membayar 45 dolar atau waktu itu sekitar Rp650.000,-. Alhamdulillah setelah menunggu dua minggu, skor saya keluar dan memenuhi skor minimal yang diminta LPDP. 

Berdasarkan pengalaman ini, saya belajar bahwa tidak ada yang sia-sia untuk hal-hal positif yang telah kamu bangun. Akhirnya, surat rekomendasi saya dapatkan seminggu sebelum pendaftaran ditutup begitu juga hasil kemampuan bahasa Inggris saya. Saya baru mencari surat rekomendasi dan mengikuti tes bahasa Inggris setelah pendaftaran beasiswa buka, dan alhamdulillah dokumen-dokumen ini didapatkan sebelum pendaftaran tutup dan hasilnya sesuai ekspektasi. Bagaimana jika tidak? Oleh karena itu saya sarankan untuk teman-teman mengusahakan dokumen ini jauh-jauh hari sebelum pendaftaran beasiswa dibuka.

Yang menjadi PR terbesar saya adalah esai kontribusi untuk negeri karena saya tidak tahu seperti apa esai itu, saya harus membaca banyak esai dan mennonton video para awardee lpdp terlebih dahulu agar bisa menyusun esai tersebut. Saya masih berkutat dengan esai di hari terakhir pendaftaran, saya sangat khawatir tidak bisa menyelesaikan esai itu tepat waktu. Namun, sekitar pukul 10 malam saya mendapat kabar bahwa pendaftaran diperpanjang selama 5 hari. Saya merasa Tuhan membantu saya malam itu. Akhirnya esai selesai ditulis H-2 penutupan yang sesungguhnya. Saya memeriksa kembali semua berkas yang telah saya unggah sebelum akhirnya menfinalisasi pendaftaran.

Jika teman-teman ingin membaca esainya bisa klik ini ya. Jika teman-teman ingin membaca part 2 bisa baca klik ini ya.


Rabu, 22 November 2023

Esai Beasiswa LPDP: RENCANA KONTRIBUSIKU UNTUK INDONESIA

Tahun 2021 lalu saya memberanikan diri untuk mendaftar beasiswa lpdp. Menulis esai kontribusiku untuk negeri merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh para pendaftar. Saya, yang tidak tahu harus menulis apa dalam esai saya, merasa sangat terbantu oleh awardee lpdp yang mengunggah esainya di internet. Sedikit banyak saya belajar, bagaimana cara menulis esai yang baik, dan esai yang seperti apa yang diinginkan oleh lpdp. Saya harap dengan mengunggah esai ini di sini, para pendaftar beasisiwa lpdp lainnya juga merasakan hal yang sama. Sedikit tips dari saya, saat menulis esai, jadilah diri sendiri. Semangat untuk para pejuang beasiswa.

RENCANA KONTRIBUSIKU UNTUK INDONESIA

Oleh: Riska Mulyani

Nama saya Riska Mulyani, saya lahir dan dibesarkan di Muaralabuh sebuah kota kecil di Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Sewaktu kecil saya sangat suka mendengar cerita dari ayah saya. Cerita[1]cerita yang beliau sampaikan beragam, mulai dari bagaimana perilaku saya waktu kecil, kehidupan keluarga kami sebelum saya lahir, sampai sejarah Indonesia yang terdengar seperti dongeng yang menyerukan. Ayah saya adalah guru sejarah terbaik keluarga kami meski profesi beliau sesungguhnya adalah petani. Saat sekolah, saya lebih senang mendengar cerita sejarah dari ayah saya daripada membacanya sendiri dari buku LKS yang harganya Rp8000 masa itu. Kenangan masa kecil itu dan berbagai pengalaman setelahnya membuat saya memutuskan untuk menjadi pendidik. Pendidik yang akan didatangi peserta didiknya saat ada masalah atau saat ketidakpahaman melanda, seperti saat saya mendatangi ayah saya.

 

Mimpi kecil itu terus berkembang seiring berjalannya waktu, hingga sampai pada pengumuman hasil Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun 2015, saya mendapati bahwa saya diterima di Universitas Negeri Padang dengan program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan status penerima beasiswa Bidikmisi. Saya sangat bersyukur atas status tersebut, begitu pula dengan orang tua saya. Saya sadar bahwa Bidikmisi memiliki peran penting dalam pencapaian pendidikan saya.

Masa kuliah adalah masa yang paling saya kenang. Saya banyak belajar dan bertumbuh di masa itu. Hal yang paling berkesan bagi saya adalah tekad saya untuk sampai ke kampus tepat waktu setiap harinya. Saya harus bangun pukul 04.00 WIB untuk membantu Etek (adik Ibu) memasak agar bisa membawa bekal makan siang serta menempuh perjalanan selama 1 jam dengan angkutan umum untuk sampai ke kampus tepat waktu. Saat kuliah saya tinggal bersama keluarga Etek untuk meminimalisir pengeluaran keluarga. Jarak antara rumah etek dan kampus sekitar 14 km, jika menggunakan sepeda motor jarak tersebut dapat ditempuh dalam waktu setengah jam. Karena saya menggunakan angkutan umum, waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke kampus menjadi dua kali lipat. Seringkali saya temui para tunawisma masih tertidur pulas di emperan toko saat akan berangkat ke kampus. Saya belajar disiplin dan bersyukur dari kebiasaan kecil ini.

Semasa kuliah, saya juga aktif mengikuti organisasi kampus, yaitu Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) Fakultas Bahasa dan Seni UNP. Melalui organisasi ini, saya belajar membangun kerjasama antar anggota tim dan meningkatkan kebermanfaatan diri terhadap sesama. Selain itu, saya belajar bagaimana harus bersikap dalam situasi-situasi tertentu melalui organisasi ini.

Di samping itu, saya aktif mengikuti komunitas online yang bernama Beranibaca. Komunitas Beranibaca merupakan sebuah komunitas yang bergerak di bidang literasi. Meningkatkan minat dan daya baca generasi penerus bangsa adalah visi komunitas yang saya ikuti ini. Melalui komunitas ini, saya belajar ikhlas dalam beramal dan menjadi lebih produktif dalam bidang literasi. Berkaitan dengan bidang literasi, saya juga mengelola blog pribadi sebagai tempat berbagi ilmu dan tempat melatih kemampuan menulis saya. Saya juga pernah mengikuti beberapa lomba menulis puisi dan puisi saya terpilih untuk dibukukan.

Di sisi lain, melalui Ikatan Mahasiswa Bidikmisi saya dapat bertemu dengan tokoh berpengaruh di Indonesia, diantaranya Ibu Megawati Soekarnoputri, Bapak Jusuf Kalla, Ibu Puan Maharani serta beberapa menteri yang menjabat dalam Kabinet Kerja. Bertemu dengan tokoh-tokoh tersebut menyulutkan api semangat dalam diri saya untuk ikut memberi kontribusi terhadap Indonesia. Saya berjanji tidak akan menyia-nyiakan ilmu yang telah saya peroleh dan akan terus mengabdi kepada negara. Saya akan mempelajari banyak hal agar dapat memberi lebih kepada orang-orang sekitar saya.

Setelah lulus sarjana dengan IPK 3,67, saya ikut berpartisipasi dalam seleksi CPNS yang diselenggarakan secara besar-besaran oleh pemerintah. Dengan mengikuti seleksi tersebut, saya berharap dapat langsung mengabdi kepada negera karena telah memberikan pendidikan yang layak bagi seorang anak petani seperti saya. Namun, langkah saya terhenti pada tahap Seleksi Kompetensi Bidang karena nilai pesaing saya lebih tinggi dari nilai saya. Kegagalan itu saya jadikan cambuk agar menjadi lebih baik di masa depan.

Tidak berhenti di situ, saya melamar untuk menjadi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di MTs Negeri 1 Solok Selatan, tempat saya mengenyam pendidikan SLTP sekaligus salah satu madrasah tertua di kabupaten saya. Kegiatan pembelajaran di tempat saya mengabdi menerapkan model pembelajaran daring dan luring (kombinasi). Pembelajaran daring dilakukan melalui aplikasi WhatsApp. Pendidik akan memberikan materi pembelajaran dan tugas melalui aplikasi tersebut sesuai jadwal pelajaran yang telah ditetapkan sekolah. Pembelajaran luring dilakukan seperti biasa, pendidik dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran di dalam kelas dengan memperhatikan protokol kesehatan.

Meski sudah berjalan dengan model kombinasi, kegiatan pembelajaran belum dapat berjalan secara efektif dan efisien. Hal itu disebabkan oleh beberapa masalah yang ditemukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Ada dua masalah yang saya temui saat kegiatan pembelajaran daring. Pertama, terkait fasilitas pembelajaran daring. Tidak semua peserta didik memiliki gawai, kalaupun ada terkadang itu digunakan bersama adik atau kakaknya yang juga melakukan pembelajaran daring. Di sisi lain, ada peserta didik yang memiliki gawai tetapi kuota internet tidak mencukupi. Bahkan ada peserta yang tidak memiliki jaringan internet di daerah tempat tinggalnya. Kedua, terkait aktivitas pembelajaran. Peserta didik cenderung pasif saat mengikuti kelas daring. Peserta didik hanya menjadi silent reader saat pembelajaran daring berlangsung. Hal itu menyebabkan komunikasi dua arah yang diharapkan dalam kegiatan pembelajaran tidak terjalin dengan baik.

Untuk meyelesaikan permasalahan yang ditemui selama kegiatan pembelajaran daring saya melakukan hal berikut. Pertama, bagi peserta didik yang tidak memiliki gawai, saya memberikan materi dan tugas yang akan dipelajari di kelas daring di akhir kegiatan pembelajaran luring. Bagi peserta didik yang tidak memiliki kuota internet ataupun yang tidak memiliki jaringan internet, saya sarankan untuk pergi ke tempat WiFi gratis terdekat yang telah disediakan pemerintah daerah. Kedua, untuk mengatasi peserta didik yang pasif, saya berusaha memancing peserta didik dengan pertanyaan-pertanyaan sehingga komunikasi dua arah yang diharapkan terjalin dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Selanjutnya, saat melakukan pembelajaran luring, ada beberapa masalah yang saya temukan. Pertama, terkait motivasi belajar peserta didik. Dalam seminggu peserta didik hanya dapat bertatap muka dengan pendidik selama dua hari setiap tingkatnya. Karena sudah terbiasa belajar di rumah, saat di sekolah peserta didik tidak bersemangat dalam belajar. Selain itu, karena hanya dua hari bertemu dengan teman sekelasnya, peserta didik cenderung lebih suka mengobrol. Kedua, terkait aktivitas pembelajaran, saat diberi latihan, peserta didik sulit untuk berpikir dan malas menggali lebih dalam materi yang diberikan. Hal itu disebabkan kebiasaan peserta didik yang menggunakan internet untuk menyelesaikan tugas yang diberikan selama kelas daring. Ketiga, terkait protokol kesehatan yang salah satunya menjaga jarak, saya terkendala saat hendak memberikan bimbingan secara individu. Dalam kegiatan pembelajaran yang ideal, pendidik hendaknya memberikan bimbingan secara individu kepada peserta didik yang membutuhkan agar tujuan pembelajaran tercapai secara maksimal. Namun, hal itu tidak dapat terlaksana karena harus mematuhi protokol kesehatan yang salah satunya menjaga jarak.

Saya melakukan hal-hal berikut untuk mengatasi masalah yang terjadi selama kelas luring. Pertama, untuk mengatasi turunnya motivasi belajar peserta didik, saya memberikan beberapa nasehat dan motivasi kepada peserta didik agar senantiasa semangat dalam belajar. Di samping itu, di awal atau akhir pembelajaran saya memberikan kuis atas materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kuis ini hanya berupa tanya jawab lisan dan kegiatan ini di luar kegiatan latihan. Tujuannya agar peserta didik termotivasi untuk belajar dan mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Kedua, untuk mengatasi kebuntuan berpikir peserta didik, saya akan mengubah konteks bacaannya dengan hal-hal yang lebih sederhana dan dekat dengan peserta didik. Contohnya, saat peserta didik diminta menulis teks persuasi, saya akan meminta peserta didik menulis teks persuasi tentang hobinya, seperti mengajak pembacanya mengikuti klub sepakbola atau silat yang diikutinya. Hal itu akan lebih mudah bagi peserta didik karena kegiatan itu sudah menjadi hobinya. Ketiga, untuk mempermudah jalan saya dalam mengontrol dan membimbing siswa. Saya akan memanggil siswa secara acak dan bertanya sudah sejauh mana latihan yang dibuatnya atau apakah ada hal-hal yang kurang dipahami. Jika ada hal yang kurang dipahami, saya minta siswa lain untuk mengangkat tangan jika menemui masalah yang serupa. Jika sudah demikian, saya akan membahas masalah tersebut bersama-sama dengan peserta didik. Karena keterbatasan waktu dan fasilitas, itulah yang saya lakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang saya temui di sekolah tempat saya mengabdi.

Terlepas dari itu semua, masih banyak hal yang harus saya perbuat untuk memajukan pendidikan Indonesia. Ada beberapa isu utama dunia pendidikan Indonesia yang hingga saat ini belum terselesaikan, salah satunya peringkat Progrramme for International Student Assesment (PISA) Indonesia berdasarkan survei tahun 2018 berada dalam urutan bawah. PISA sendiri merupakan metode penilaian internasional yang menjadi indikator untuk mengukur kompetensi siswa Indonesia di tingkat global. Untuk nilai kompetensi membaca, Indonesia berada pada peringkat 72 dari 77 negara; untuk nilai matematika, berada pada peringkat 72 dari 78 negara; dan untuk nilai sains berada pada peringkat 70 dari 78 negara. Nilai tersebut cenderung stagnan dalam 10-15 tahun terakhir (Kompas.com, 05/04/2020) Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah telah mengambil langkah yang besar dengan mencanangkan program Merdeka Belajar. Program Merdeka Belajar ini fokus pada peningkatan kualitas SDM. Hal ini menindaklanjuti arahan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan Wakil Presiden Republik Inodnesia Ma’ruf Amin untuk meningkatkan kualitas SDM (kemdikbud.go.id, 11/12/2019). Untuk menghasilkan SDM yang berkualitas tentu perlu diimbangi dengan pendidikan yang berkualitas pula. Oleh sebab itu, pemerintah mendorong semua pemangku kepentingan pendidikan untuk ikut berperan aktif menjadi agen perubahan. Selanjutnya, Mendikbud memaparkan bahwa pendidikan berkualitas dapat tercapai melalui perbaikan pada 1) infrastruktur dan teknologi; 2) kebijakan prosedur, dan pendanaan; 3) kepemimpinan, masyarakat, dan budaya; 4) serta kurikulum, pedagogi, dan asesmen pendidikan (dikutip dari situs web kemdikbud.go.id, 03/02/2020).

Agar dapat berperan aktif dalam mewujudkan pendidikan Indonesia yang berkualitas, saya berpikir untuk memperdalam ilmu tentang kurikulum, pedagogi, dan asesmen dengan melanjutkan studi magister dengan fokus Pendidikan Bahasa Indonesia di salah satu universitas negeri terkemuka di Indonesia. Jika saya diberi kesempatan untuk menempuh pendidikan di jenjang magister, tentu saya dapat memberikan kontribusi yang lebih besar berkat ilmu dan pengalaman yang saya peroleh selama menempuh pendidikan.

Mimpi jangka panjang saya untuk dunia pendidikan Indonesia adalah terwujudnya bangsa yang cerdas dan sejahtera sesuai dengan amanat Pembukaan UUD 1945. Cerdas di sini bukan hanya dalam ranah kognitif tetapi juga ranah afektif. Mimpi jangka pendek saya untuk dunia pendidikan Indonesia adalah terwujudnnya program Merdeka Belajar yang saat ini dicanangkan pemerintah. Saya berharap dengan terwujudnnya program Merdeka Belajar akan lahir generasi penerus yang memiliki SDM unggul, berkarakter, cerdas, dan berdaya saing. Selain itu, apabila Merdeka Belajar terwujud kualitas hidup bangsa Indonesia akan meningkat dan bukan tidak mungkin kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dapat terealisasikan.

Untuk mewujudkan mimpi tersebut, saya ingin mengambil peran sebagai seorang dosen di institusi pendidikan tinggi sekaligus peneliti di bidang pendidikan khususnya bidang Pendidikan Bahasa Indonesia. Selanjutnya, saya akan berusaha memperbaiki dan meningkatkan kompetensi saya sebagai seorang dosen dengan melanjutkan studi ke jenjang doktoral. Saya yakin semakin tinggi kompetensi saya sebagai seorang dosen maka semakin unggul dan berkualitas pula calon guru yang saya hasilkan. Di samping itu, saya akan melakukan berbagai penelitian dan pengembangan berkaitan dengan bidang yang saya ampu agar dapat memberikan sumbangsih bagi kemajuan pendidikan Indonesia. Saya juga ingin terus berbagi melalui tulisan saya, baik itu dalam bentuk karya sastra mapun karya ilmiah. Tujuannya hanya satu, tentu saja untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik.

Esai inilah yang saya gunakan untuk mendaftar beasiswa LPDP dan dengan esai ini saya lulus beasiswa LPDP dalam satu kali percobaan. Sebenarnya esai ini adalah salah satu alat yang bisa saya gunakan untuk meyakinkan pewawancara bahwa saya layak mendapatkan kesempatan untuk menerima beasiswa LPDP. Jika teman-teman ingin tahu perjalanan saya selama mengikuti seleksi beasiswa LPDP bisa klik ini ya.

Selasa, 23 Mei 2023

Pengalaman Pasang Behel di RSKGM Bandung #1

Hai para pembaca, saya ingin berbagi sedikit pengalaman saya tentang pemasangan behel di RSKGM Bandung. Pada tanggal 18 Januari saya telah melakukan reservasi online sebagai pasien baru di website RSKGM Bandung (www.rskgm.bandung.go.id). FYI reservasi online ini dapat dilakukan H-3 sampai H-1 kunjungan dan reservasi hanya dapat dilakukan sebelum pukul 20.00 WIB. Jika para pembaca ingin sudah melakukan reservasi dan ingin membatalkannya pembaca dapat membatalkan reservasi tersebut hingga pukul 23.59 H-1 sebelum tanggal kunjungan.

Singkat cerita pada tanggal 19 Januari 2023 saya pergi ke RSKGM pada pukul 07.29 WIB dengan menggunakan ojek online dengan ongkos Rp14000,-. Saya sampai di RSKGM pada pukul 08.00 WIB. Sesampainya di sana, saya segera menghampiri satpam perempuan yang sudah berjaga di sana dengan banyak nomor antrian di mejanya. Saya ditanyai bukti reservasi online dan memperlihatkannya. Kemudian saya diberi nomor antrian sebagai pasien baru (nomor antrian saya B032) dan dicek suhu oleh satpam perempuan tadi. Setelah itu saya di arahkan ke belakang untuk melakukan pendaftaran.

Saya duduk sekitar 10 menit dan menyadari bahwa nomor antrian yang dipanggil hanya nomor antrian A, sedangkan B belum. Lalu saya bertanya kepada teteh yang ada di samping saya untuk memastikan bahwa saya tidak salah. Beliau mengatakan bahwa nomor antrian B001 hingga B040 sudah dipanggil tadi. Saya disarankan untuk bertanya kepada penjaga di sana. Setelah dikonfirmasi baru nomor saya dipanggil ke depan, petugas di sana memastikan lagi suhu tubuh saya, dan penyakit yang mungkin saya derita (skrining secara umum) lalu saya diberi stiker bulat berwarna hijau dan diminta menempelkannya di bahu sebelah kanan. Selanjutnya saya diizinkan masuk ke ruangan untuk skrining menyeluruh seperti tensi dan riwayat penyakit dan sebagainya. Setelah itu saya ke area depan rumah sakit untuk mengambil nomor antrian untuk poliklinik yang saya tuju. Setelah mendapatkan nomor antrian saya diarahkan ke lantai 3. Setibanya di lantai 3  saya kebingungan karena banyak sekali ruangan dan banyak pasien yang antri. Saya pun membaca setiap nama dokter di pintu ruangan dan menyesuaikan dengan nama dokter yang sebelumnya telah saya pilih saat reservasi. Saya menunggu sekitar 20 menit dan dipersilakan masuk.

Di dalam ruangan, saya diarahkan ke kursi pasien untuk diperiksa. Sembari memeriksa, dokter bertanya, “Apakah saya akan mengikuti perawatan hingga akhir?” dan juga menjelaskan apa saja resiko jika berhenti di tengah perawatan. Karena saya berasal dari luar pulau jawa beliau menanyakan hal yang sama beberapa kali untuk memastikan komitmen saya. Di samping itu, beliau juga memberikan gambaran umum apa-apa saja yang akan dilakukan selama perawatan berjalan, seperti berapa gigi yang harus dicabut, kapan gigi itu harus di cabut, berapa centimeter gigi saya bisa mundur, dan apa saja hal yang harus dilakukan jika perawatan behel sudah selesai. Setelah selesai diperiksa, beliau memberikan rujukan untuk rongent cepalometric dan panoramic. Biasanya di RSKGM sendiri bisa untuk rongent, tapi ketika itu alat yang digunakan untuk rongentnya sedang rusak. Jadi saya diberikan kebebasan untuk memilih sendiri akan rongent di mana.

Untuk konsultasi pertama ini saya dikenakan biaya sebesar Rp60000. Cukup murah bukan?

Untuk kegiatan rongent di mana dan berapa biayanya akan dijelaskan di tulisan selanjutnya.

Cari Blog Ini