Identitas Buku:
Judul: Cinta Lama
Penulis: Puthut EA
Penerbit: Diva Press
Tahun Terbit: 2020
Saya mulai tertarik membaca karya Puthut EA setelah menikmati cerpennya yang berjudul Sesaat Sebelum Berangkat. Cerpen itu begitu sederhana, namun sarat makna dan berhasil menyentuh sisi emosional saya tanpa perlu berpanjang lebar. Karena itulah, ketika menemukan Cinta Lama, saya langsung penasaran dan ingin tahu bagaimana Puthut EA bercerita dalam bentuk novel.
Novel Cinta Lama sangat cocok dibaca dalam situasi santai seperti saat menunggu antrean, duduk di kedai kopi, atau ketika ingin mengisi waktu luang. (Saya membaca novel ini ketika menunggu antrean di rumah sakit) Buku ini bisa selesai dibaca dalam sekali duduk, tetapi meninggalkan kesan yang mendalam. Salah satu kekuatan novel ini terletak pada gaya berceritanya yang khas: minim narasi, namun sarat dialog. Dialog-dialog antar tokohnya terasa intens, hidup, dan membawa pembaca langsung ke dalam suasana batin para karakter tanpa harus dijelaskan secara panjang lebar. Narasinya singkat, tetapi cukup untuk membuat kita paham tentang latar, konflik, dan emosi yang bergulir.
Ilustrasi dalam novel ini juga menjadi nilai tambah. Gaya ilustrasinya menggambarkan suasana 'dewasa lama'—seperti orang-orang berusia akhir 30-an atau 40-an yang sedang mengenang masa lalu, menimbang keputusan, atau sekadar berbincang sambil menyeruput kopi. Vibes-nya hangat dan tenang, namun tetap menyimpan gejolak yang khas dari cinta yang datang kembali setelah waktu yang lama.
Secara keseluruhan, Cinta Lama adalah novel sederhana yang jujur dan menyentuh. Bagi saya, ini bukan hanya soal kisah cinta, tetapi juga tentang refleksi, keheningan, dan bagaimana manusia memaknai pertemuan dan masa lalu. Puthut EA berhasil menyampaikan semuanya dengan cara yang sederhana namun penuh makna. Saya suka kesederhanaan yang tidak sederhana dari novel ini.
Berikut sinopsis singkat buku ini yang saya kutip dari platform ipusnas.
Seorang lelaki berusaha menghindari pertemuan dengan mantan kekasihnya selama 20 tahun. Tapi ada sesuatu yang mengganjal di perasaannya, hingga akhirnya dia memutuskan untuk menemui mantan kekasihnya.
Apakah ternyata dia masih memendam rasa cinta, atau hanya ilusi perasaan belaka?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar