Soal:
Salah satu puisi yang ditulis oleh M. Aan Masyur adalah “Melihat Api Bekerja”. Apresiasilah puisi tersebut. Setelah itu, kemukakan pendapat Anda terkait pendekatan apa yang paling cocok untuk mengkaji puisi tersebut? Jelaskan rasionalisasinya!
Jawaban:
a. Puisi
Melihat Api Bekerja Karya M. Aan Mansyur
Melihat Api Bekerja
Oleh M. Aan Mansyur
Di kota ini ruang bermain
adalah sesuatu yang hilang
dan tak seorang pun berharap
menemukannya. Anak-anak tidak
butuh permainan. Mereka akan
memilih kegemaran masing-masing
setelah dewasa. Menjadi dewasa
bukan menunggu negara bangun.
Menjadi dewasa adalah menu
Favorit di restoran cepat saji.
Para tetangga lebih butuh pagar
tinggi daripada pendidikan. Sekolah
adalah cara yang baik untuk
istirahat berkelahi di rumah. Anak-
anak membeli banyak penghapus
dan sedikit buku. Terlalu banyak hal
yang mereka katakan dan gampang
jatuh cinta. Mereka menganggap
jatuh cinta sebagai kata kerja dan
ingin mengucapkannya sesering
mungkin. Mereka tidak tahu jatuh
cinta dan mencintai adalah dua
penderitaan yang berbeda.
Jalan-jalan dan rumah kian lebar.
Semakin banyak orang yang hidup
dalam kehilangan. Harapan adalah
kalimat larangan, sesuatu yang
dihapus para polisi setiap mereka
temukan di pintu-pintu toko.
Hidup tanpa curiga adalah hidup
yang terkutuk. Kawan adalah lawan
yang tersenyum kepadamu.
Selebihnya, tanpa mereka tahu,
sepasang kekasih diam-diam
ingin mengubah kota ini jadi
abu. Aku mencintaimu dan kau
mencintaiku—meskipun tidak
setiap waktu. Kita menghabiskan
tabungan pernikahan untuk beli
bensin.
Kita akan berciuman sambil
melihat api bekerja.
b. Apresiasi
Puisi Melihat Api Bekerja Karya M. Aan Mansyur
Pada bait pertama puisi ini M. Aan Mansyur menyiratkan bahwa di sebuah
kota yang dikenalnya tempat bermain dimana kegembiraan dan kebahagiaan sudah
hilang dan tidak dibutuhkan lagi bahkan oleh anak-anak yang pada hakikatnya
butuh kesenangan. Anak-anak akan tumbuh dewasa dan menjalani hidupnya
masing-masing. Saat dewasa anak-anak akan sibuk dengan hidupnya dan tidak
terlau peduli dengan lingkungannya, dalam hal ini M. Aan mansyur menggunakan
diksi negara. Anak-anak akan dewasa dengan cepat seperti halnya menu di
restoran cepat saji.
Pada bait kedua ini penyair seperti memberi sindiran terhadap masyarakat
saat ini yang membutuhkan pagar tinggi dari pada pendidikan. Kata ‘pagar tinggi’
di bait ini seperti mengisolasi diri dari lingkungan sekitar atau bisa juga
diartikan sebagai materi atau uang yang lebih dibutuhkan. Sekolah dijadikan
tempat pelarian dari realita hidup yang ada. Anak-anak tumbuh dengan dipenuhi
rasa ragu dan sedikit ilmu. Mereka terlalu banyak berbicara dan mudah percaya
dengan perkataan orang lain. Sehingga tidak menyadari bahwa mereka tengah menyiksa diri sendiri.
Pada bait ketiga tersirat bahwa semakin maju dan berkembangnya suatu
daerah maka semakin banyak orang-orang yang kesepian. Harapan hidup semakin
tipis apalagi bagi orang-orang yang kecil. Hidup tanpa curiga adalah sesuatu
yang akan merugikan diri sendiri dan kawan adalah lawan yang tengah
bersandiwara kepadamu.
Pada bait keempat tergambar bahwa ada orang-orang yang ingin mengubah
kota yang telah disebutkan bait-bait sebelumnya menjadi abu. Kata ‘abu’ di sini
bisa berarti melenyapkan kota dengan membakarnya secara sungguhan atau hanya
melenyapkan hal-hal kebiasaan buruk yang ada di kota itu saja. Selanjutnya,
dalam bait ini juga tersirat bahwa hubungan orang-orang ini tidak begitu kokoh
atau rapuh. Namun, mereka rela mengorbankan hartanya untuk mewujudkan keinginan
itu.
Dalam bait kelima tersirat makna bahwa orang-orang yang ingin mengubah
kota itu akan bersiap dan bekerja sama sembari melihat setiap perubahan yang
terjadi di kota itu.
Secara keseluruhan puisi Melihat Api Bekerja menyiratkan kekecewaan dan
kritik terhadap suatu ‘kota’ yang dikenal oleh penulis. Ia menggambarkan
kekacauan dan gaya hidup masyarakat di kota itu dengan menggunakan kata-kata
yang mengandung konotasi. Kemudian, dalam puisi ini juga tersirat pemberontakan
terhadap doktrin-doktrin yang telah tertanam dalam pikiran masyarakat kota itu.
Di sisi lain, penulis menggambarkan keinginannya untuk mengubah kota itu dengan
segala yang dia miliki. Kemudian, menyaksikan setiap perubahan yang terjadi di
kota itu.
c. Pendekatan
yang Paling Cocok untuk Mengkaji Puisi Melihat Api Bekerja Karya M. Aan Mansyur
dan Alasan Rasionalitasnya.
Menurut saya, pendekatan yang paling cocok untuk mengkaji puisi Melihat
Api Bekerja karya M. Aan Mansyur adalah pendekatan mimetik Abrams dengan model stilistik.
Pemilihan pendekatan mimetik dilatarbelakangi oleh beberapa alasan. Pertama,
menurut Paembonan (2020) sastra mengungkap berbagai
persoalan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari manusia. Kedua, saat membaca puisi
Melihat Api Bekerja, saya merasa bahwa isi dari puisi ini menggambarkan
realitas kehidupan modern masyarakat Indonesia saat ini. Di samping itu, M. Aan
Mansyur sepertinya ingin menyampaikan sesuatu terkait orang-orang yang ada di
kota dalam puisi ini. Untuk dapat mengetahui sesuatu yang ingin disampaikannya
itu, kita perlu mengaitkannya dengan realitas masyarakat saat ini melalui
pendekatan mimetik.
Selanjutnya, menurut Fransori (2017: 2) puisi memiliki
ciri khas yaitu kepadatan pemakaian bahasa, sehingga paling besar
kemungkinannya untuk menampilkan ciri-ciri stilistika. Stilistik merupakan model
kajian yang tepat untuk meneliti kekhasan bahasa pada puisi, baik itu dari segi
gaya bahasa figuratif dan citraan. Model pengkajian stilistik dipilih
sebagai landasan untuk mengkaji puisi ini karena M. Aan Mansyur banyak menggunakan bahasa figuratif dalam
puisi ini. Bahasa figuratif yang digunakan M. Aan Mansyur digunakan untuk
memperoleh nilai estetis. Nilai estetis puisi ini juga dapat dilihat dari
pemakaian gaya bahasa yang bermakna konotatif.
Jadi, saya memilih pendekatan mimetik Abrams dengan model stilistik
sebagai pendekatan yang paling cocok untuk mengkaji puisi Melihat Api Bekerj
karya M. Aan Mansyur karena puisi tersebut menggambarkan realitas kehidupan masyarakat
Indonesia saat ini. Kemudian, M. Aan Mansyur sering menggunakan bahasa
figuratif dan gaya bahasa dengan makna konotatif di dalam puisi ini.