Saat pertama kali mendengar film AADC? (Ada Apa Dengan Cinta?) Apa yang ada di
pikiran Anda? Hal yang pertama kali muncul di pikiran saya adalah puisi Rangga.
Rangga, seorang lelaki pendiam dan menyukai buku sastra lama yang merupakan tokoh utama dalam film tersebut.
Puisi Rangga punya daya tarik tersendiri bagi para pecinta film AADC? ini.
Pada tanggal 28 April 2016 lalu, Miles Production
merilis film AADC? 2. AADC? 2 hadir untuk menjawab pertanyaan orang-orang
tentang cerita Rangga dan Cinta yang belum usai. Seperti AADC yang pertama,
AADC 2 hadir dengan sejumlah puisi indah karangan Rangga.
Resah di dadamu dan rahasia yang
menanti di jantung puisi ini dipisah kata-kata. Begitu pula rindu,
Apa kabar hari ini? Lihat, tanda
tanya itu, jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi.
Larik di atas merupakan penggalan puisi yang berjudul
Batas salah satu larik puisi yang diciptakan Rangga untuk Cinta dalam film AADC
2. Saat pertama kali mendengar puisi itu dalam teaser AADC 2, saya langsung searching
di google siapa sosok penyair yang berada di balik puisi itu. Saya yakin hal
itu pulalah yang dilakukan para pecinta film ini saat mendengar puisi indah
itu. Ternyata penyair berbakat itu adalah M. Aan Mansyur.
M. Aan Mansyur merupakan seorang sastrawan asal
Makassar yang dipercaya sebagai penyair di balik puisi-puisi Rangga dalam film
AADC? 2. Penyair kelahiran 14 Januari 1982, Bone, Sulawesi Selatan itu memang suka
menulis puisi semenjak SMA. Ini yang menjadi kemiripannya dengan karakter
Rangga yang menghabiskan masa SMA di dalam perpustakaan. Bahkan saat SMA ia
bertemu dengan “cinta monyetnya” di perpustakaan.
Kutipan puisi di atas hanya sebagian kecil dari 31 puisi
yang ia buat khusus untuk karakter Rangga dalam film AADC? 2 ini. Ketiga puluh
satu puisi tersebut dikumpulkan dalam
buku “Tidak Ada New York Hari Ini”. Empat puisi di antaranya telah di tampilkan
dalam film ini, tetapi tidak lengkap. Buku “Tidak Ada New York Hari Ini”
diluncurkan bersamaan dengan peluncuran novel AADC?.
Tidak Ada New York Hari Ini bukanlah satu-satunya
karya yang dimiliki Aan. Telah banyak karyanya dimuat di media massa seperti
koran Kompas, koran Tempo, majalah wanita Chic, majalah remaja Aneka Yess,
majalah IDE Jepang, media online puisi.net, dan media lainnya. Karya Aan juga
telah banyak dibukukan diantaranya Hujan Rintih-Rintih (2005), Perempuan, Rumah
Kenangan (2007), Kukila (2012), Melihat Api Bekerja (2015), Lelaki Yang Terakhir
Menangis di Bumi (2015) dan masih banyak lagi. Bahkan tahun ini buku Tidak Ada
New York Hari Ini telah diterjemahkan ke bahasa asing dengan judul There Is No
New York Today dengan dua bahasa di dalamnya.
Tidak hanya itu, M. Aan Mansyur bersama teman-temannya
juga membangun sebuah perpustakaan di Makassar yang diberi nama Kata Kerja.
Selain itu, Aan juga aktif menulis di media sosial seperti twitter dengan
ID @hurufkecil, wordpress dengan alamat hurufkecil.wordpress.com
serta tumblr dengan ID aanmansyur.tumblr.com.
***