Minggu, 15 Juni 2025

Pengalaman Pasang Behel di RSKGM Bandung Part 2: Rontgen, PR, dan Braket Pertama!

Setelah sesi konsultasi awal dengan dokter ortodontis di RSKGM Bandung, saya langsung diberikan rujukan untuk melakukan rontgen cephalometric dan panoramic sebagai langkah awal perawatan. Tanpa menunggu lama, saya langsung membuka Google dan mencari tempat rontgen yang bisa memproses hasil dengan cepat. Akhirnya, saya memutuskan untuk rontgen di Laboratorium Pramita.

Biayanya memang cukup terasa, yaitu Rp750.000 untuk kedua jenis rontgen tersebut. Tapi sebenarnya, kalau teman-teman ingin yang lebih terjangkau, bisa coba rontgen langsung di RSKGM Bandung atau RSGM UNPAD. Karena saya waktu itu lebih mengutamakan kecepatan proses, jadi saya pilih di Pramita saja.

Begitu hasil rontgen di tangan, saya langsung buat janji temu lagi dengan dokter. Setelah beliau memeriksa rontgen saya, saya dapat kabar baik — saya bisa mulai pasang behel awal Februari 2023! Tapi ada beberapa PR yang harus saya selesaikan dulu sebelum proses pemasangan:
  • Menambal gigi yang berlubang
  • Mencabut gigi double, yaitu gigi susu yang belum dicabut sejak kecil dan kini "dempetan" dengan gigi dewasa

Setelah dua hal itu beres, tepatnya pada 1 Februari, saya melakukan cetakan gigi, dan seminggu kemudian, 7 Februari, saya resmi memasang braket untuk rahang atas. Kenapa rahang atas dulu? Karena menurut dokter, gigi atas saya bisa dimundurkan dan dirapikan terlebih dahulu tanpa harus menunggu atau mengganggu posisi rahang bawah. Penjelasannya cukup meyakinkan dan membuat saya tenang.

Oh ya, di hari pemasangan braket itu, saya langsung membayar Rp6.000.000 untuk seluruh proses pemasangan behel rahang atas dan bawah. Menurut saya, biaya ini tergolong murah banget untuk perawatan dengan dokter spesialis ortodontis di tahun 2023. Inilah salah satu alasan utama saya memilih RSKGM Bandung.

Dua bulan setelah pemasangan rahang atas, akhirnya saya memasang behel untuk rahang bawah. Kali ini, saya hanya membayar Rp125.000, karena biaya pemasangan rahang bawah sudah termasuk di pembayaran awal. Awalnya saya sempat bertanya-tanya, “Kenapa jaraknya sampai dua bulan, ya?”

Ternyata, dokter menjelaskan bahwa gigi depan saya cukup besar, dan pergerakannya termasuk lambat dibandingkan orang kebanyakan. Tapi tenang saja, itu hal yang normal kok. Setiap orang punya progres berbeda saat menjalani perawatan behel, tergantung kondisi gigi masing-masing. Jadi, buat teman-teman yang nanti mengalami hal serupa, nggak usah khawatir, ya!

Sekarang, setiap kali kontrol, saya hanya membayar sekitar Rp125.000. Biaya bisa bertambah kalau ada pergantian kawat (saya lupa rincian pastinya), atau jika ada penambahan rubber bands, yang biayanya sekitar Rp20.000 per jenis. Jadwal kontrol biasanya saya lakukan setiap 3 hingga 4 minggu sekali, tergantung arahan dari dokter.

contoh rubber bands

Untuk cerita selanjutnya, saya akan bahas bagaimana rasanya hari pertama memakai behel, jadi stay tuned yaa! Kalau teman-teman ada pertanyaan soal proses pasang behel di RSKGM Bandung, boleh banget tulis di kolom komentar. Siapa tahu, pengalaman saya bisa jadi referensi buat kamu juga 😊

Kamis, 12 Juni 2025

Ulasan Novel Resign! karya Almira Bastari: Bacaan Ringan yang Menghibur di Tengah Antrian Rumah Sakit

Identitas Buku:
Judul: Resign!
Penulis: Almira Bastari
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2018

Setelah sebelumnya membaca Cinta Lama karya Puthut EA dan merasa puas dengan kesederhanaan serta kedalaman ceritanya, saya memutuskan untuk membuka halaman pertama Resign! karya Almira Bastari. Awalnya, saya tidak menaruh ekspektasi tinggi—hanya ingin mencari bacaan ringan sebagai teman menunggu antrean di rumah sakit. Namun, pengalaman membaca buku ini ternyata jauh lebih menyenangkan dari yang saya bayangkan.

Saya baru membaca sekitar 50 halaman ketika nama saya dipanggil oleh perawat, dan bacaan ini pun terpaksa terhenti. Beberapa hari kemudian, saat kembali kontrol ke rumah sakit, saya teringat belum menyelesaikannya. Saya lanjut membaca sembari menunggu giliran. Tanpa disangka, saya begitu tenggelam dalam cerita hingga tidak sadar nama saya dipanggil beberapa kali oleh perawat untuk mengonfirmasi sesuatu. Saat itulah saya sadar: buku ini berhasil membawa saya masuk ke dalam dunianya.

Resign! menyajikan kisah dengan premis yang cukup sederhana—cerita “benci jadi cinta”—namun dikemas dengan pendekatan slow burn yang menarik. Almira Bastari dengan cermat membangun dinamika hubungan antar tokoh secara perlahan, sehingga pembaca bisa menikmati perkembangan emosi dan konflik tanpa terburu-buru. Meskipun alurnya cenderung mudah ditebak, saya tetap terdorong untuk menyelesaikannya karena penasaran dengan perjalanan para tokohnya, bukan semata-mata akhirnya.

Di beberapa bagian, mungkin ada detail cerita yang terasa kurang padat atau kurang terjelaskan, tetapi hal itu tidak mengganggu kenikmatan membaca secara keseluruhan. Justru kesederhanaan dan gaya bertuturnya yang ringan membuat novel ini cocok untuk pembaca yang sedang mencari hiburan, tanpa perlu menganalisis plot yang rumit atau makna simbolik yang dalam.

Lebih dari itu, Resign! terasa relevan dengan kehidupan para pekerja kantoran yang hampir setiap hari bercanda ingin mengundurkan diri, tapi tetap bertahan demi rutinitas dan tanggung jawab. Cerita ini ringan, menyenangkan, dan bisa membuat senyum-senyum sendiri—cocok dibaca saat sedang menunggu, ingin santai sejenak, atau butuh selingan dari bacaan yang berat. Dan siapa tahu, seperti saya, kamu pun akan hanyut dalam cerita sampai lupa sedang duduk di ruang tunggu rumah sakit.

Kalau kamu sudah pernah baca Resign! juga, yuk bagikan pendapatmu di kolom komentar—apakah kamu juga sempat senyum-senyum sendiri seperti saya? Atau malah punya tokoh favorit yang bikin nggak rela ceritanya cepat selesai?

Dan kalau kamu punya rekomendasi bacaan ringan lain yang cocok untuk menemani antrean di rumah sakit atau saat butuh hiburan singkat, saya juga sangat terbuka! Silakan tulis judul bukunya di kolom komentar. Siapa tahu bisa jadi bacaan saya berikutnya saat kontrol selanjutnya. 😊

Senin, 02 Juni 2025

Ulasan Novel Cinta Lama Karya PUTHUT EA

  

Identitas Buku:
Judul: Cinta Lama
Penulis: Puthut EA
Penerbit: Diva Press
Tahun Terbit: 2020

Saya mulai tertarik membaca karya Puthut EA setelah menikmati cerpennya yang berjudul Sesaat Sebelum Berangkat. Cerpen itu begitu sederhana, namun sarat makna dan berhasil menyentuh sisi emosional saya tanpa perlu berpanjang lebar. Karena itulah, ketika menemukan Cinta Lama, saya langsung penasaran dan ingin tahu bagaimana Puthut EA bercerita dalam bentuk novel.

Novel Cinta Lama sangat cocok dibaca dalam situasi santai seperti saat menunggu antrean, duduk di kedai kopi, atau ketika ingin mengisi waktu luang. (Saya membaca novel ini ketika menunggu antrean di rumah sakit) Buku ini bisa selesai dibaca dalam sekali duduk, tetapi meninggalkan kesan yang mendalam. Salah satu kekuatan novel ini terletak pada gaya berceritanya yang khas: minim narasi, namun sarat dialog. Dialog-dialog antar tokohnya terasa intens, hidup, dan membawa pembaca langsung ke dalam suasana batin para karakter tanpa harus dijelaskan secara panjang lebar. Narasinya singkat, tetapi cukup untuk membuat kita paham tentang latar, konflik, dan emosi yang bergulir.

Ilustrasi dalam novel ini juga menjadi nilai tambah. Gaya ilustrasinya menggambarkan suasana 'dewasa lama'—seperti orang-orang berusia akhir 30-an atau 40-an yang sedang mengenang masa lalu, menimbang keputusan, atau sekadar berbincang sambil menyeruput kopi. Vibes-nya hangat dan tenang, namun tetap menyimpan gejolak yang khas dari cinta yang datang kembali setelah waktu yang lama.

Secara keseluruhan, Cinta Lama adalah novel sederhana yang jujur dan menyentuh. Bagi saya, ini bukan hanya soal kisah cinta, tetapi juga tentang refleksi, keheningan, dan bagaimana manusia memaknai pertemuan dan masa lalu. Puthut EA berhasil menyampaikan semuanya dengan cara yang sederhana namun penuh makna. Saya suka kesederhanaan yang tidak sederhana dari novel ini.

Berikut sinopsis singkat buku ini yang saya kutip dari platform ipusnas.
Seorang lelaki berusaha menghindari pertemuan dengan mantan kekasihnya selama 20 tahun. Tapi ada sesuatu yang mengganjal di perasaannya, hingga akhirnya dia memutuskan untuk menemui mantan kekasihnya.
Apakah ternyata dia masih memendam rasa cinta, atau hanya ilusi perasaan belaka?

Cari Blog Ini